Sunday, 31 March 2013

Filsafat Modern


BAB I
PENDAHULUAN



        Corak utama filsafat Modern yang di anutnya kembali fasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan ini disertai oleh Argumen yang kuat, di ajukan oleh Descartes
Gerakan pemikiran Descartes di sebut Renaissnce, dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi kuat, yang di stinat, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan lainya.
Descartes ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani yaitu filsafat yang berbasis akal.


       BAB II
                                                                               PEMBAHASAN

      A. AVEORISME
Dampak langsung dari gagasan lebih Rushd bisa di telusuri pada mazhab pemikiran yang terkenal dengan sebutan Aveorisme. Istilah ini terkenal setelah Ibn Rushd meninggal dunia.
Aveorisme tidak hanya terikat dengan” intelektual Liberal” dalam sejarah filsafat barat aveorisme juga di kaitkan dengan pemikiran filsafat keagamaan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Aveorisme Yahudi Aveorisme Kristen Aveorisme yahudi berkembang pesat di Andalusia para pengikutmya umumnya memandang Ibn Rushd sejajar dengan filsuf besar mereka: Musa ben Maymun atau Maimonides (wafat 1204) dan Abdurahman ben Ezra (wafat 1167) yang kebetulan keduanya hidup di Andalusia. Tokoh-tokoh penting Aveorisme Yahudi adalah Isaac Al-balag (akhir abad ke-13) yang menerjemahkan Maqasid al-falsafih, karya Imam Al-Ghazali, kedalam bahasa ibrani: Joseph Ibn Casp (lahir 1279) Moses Narboni (wafat 1362), dan Elijah Delmedi (wafat 1493) pengikut Aveorisme yahudi terakhir.
Aveorisme Kristen sebutannya merupakan istilah yang agak paradox karena dunia gereja, khususnya pada abad ke-13 dan ke-14.
Aveorisme yahudi dan Kristen menganggap Ibn Rushd telah berjasa menyelesaikan persoalan pelik yang sama berabad-abad enjadi momok bagi agamawan, yakni bagaimana mendamaikan wahyu dengan akal, filsafat dengan agama, para Nabi dengan Aristetoles. Dalam karyanya yang sudah di terjemahkan ke berbagai bahasa penting Erop. Ibn Rushd menjawab semua persoalan dengan lugas.


         B. RENAISSANCE
Renaissance berasal dari bahasa prancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukan berbagai priode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di eropa.
Orang pertama yang menggunakan istilah ini adalah Jules Michelet, sejarawan Prancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah priode penemuan manusia dari dunia yang bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan penemian kebangkitan modern.
Ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism, lepas dari Agama, Empirisme, dan Renaissance. Hasil yang diperoleh dari watak ini adalah pengetahuan Rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, melainkan pada zaman modern.
Zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya, secara esensial zaman Renaissance, dalam filsafat tidak berbeda dengan zaman modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah RenaDescartes. Ciri-cirinya yaitu menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance).
Descartes diangggap sebagai bapak filsafat modern. Karena dialah orang pertama di akhir abad pertengahan itu yang menyusun Argumentasi yang kuat, yang menyimpulkan bahwa filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan lainnya, ia ingin filsafat di lepaskan dari dominasi agama Kristen dan di kembalikan kepada semangat filsafat Yunani kuno, yaitu filsafat yang berbasis pada Akal.

         C. HUMANISME
Pada Renaissance muncul aliran kebenaran yang berpusat pada manusia yang kemudian dikenal dengan Humanisme. Aliran ii lahir disebabkan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasannya. Mungkin terjadi dalam aliran ini bahwa manusia selalu menjadi hal yang tinggi, lain hal tak ada. Maka humanisme ini menjadi humanisme ateistis. Tetapi tidak setiap humanisme merupakan humanisme ateistis.
Adapun manausia, pusatt pandangan dan pengetahuan ini, bukanlah manusia pada umumnya, seperti zaman yanag mendahulukannya, melainkan sesuai dengan sifat modern.

             D. RENE DESCARTES
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal tahun 1650. ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah akal (rasio). Tokoh-tokoh gereja waktu itu tetap yakin bahwa dasar haruslah iman sebagaimana tersirat didalam Jargon Credo ut Intelligam dari Anselmus itu, untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasi yang amat terkenal. Argumentasi itu tertuang di dalam metode Cogito (keragu-raguan).
Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat Descartes meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan, mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat di indera, objek yang sebenamya tidak mungkin diragukan inilah langkah pertama metode Cogito tesebut. Dia meragukan badannya sendiri, keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, maka dalam keragu-raguan itu jelaslah ia sedang berfikir, sebab yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas ada "Cogito 1'rLu Sum" (saya berfikir, maka jelaslah saya ada). Tujuan metode ini mempertahankan keraguan akan tetapi metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian.
Konsep, “berfikir" yang digunakan Descartes daalm pengertian yang sangat luas, menurutnya suatu yang meragukan, memahami, mengerti, menolak, berkehendak, membayangkan, ketika muncul dalam mimpi, semuanya adalah bentuk berfikir, karena fikiran selalu berfikir, bahkan ketika saat tidur pun hal-hal yang dapat dirasakan haruslah dengan fikiran bukan dengan indera.
Descartes mengakui ada 3 subtansi yang keberadaanya tidak bisa di ragukan dan sebagai kebenaran yang Clear dan distinct:
1. Pemikiran sebagai makhluk yang berfikir, maka pemikiran, adalah haikat manusia.
2. Tuhan : sebagai wujud yang sempuma, yakni yang menciptakan ide-ide yang sempuma.
3. Keluasan : saya mengerti materi sebgai keluasan/eksistensi.
Ketiga subtansi ini bersumber dalam jiwa manusia sejak lahir, dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiric yang bergantung pada subtansi ini.
Embrio dasar rasionalisme Descartes banyak menuai cabang-cabang rasionalisme setidak-tidaknya ada 3 sub mazhab yang berkembang dibelahan dunia barat
1. Rasionalisme dalam kosmo filsafat, adalah system berfikir yang menekankan penalaran dalam menyerap ilmu, berbeda dengan empiris yang menekankan pengalaman khususnya indera dan persepsi.
2. Rasionalisme dalam ranah teologi, lebih mengedepankan akal daripada iman, tidak selalu bersandar pada iman.
3. Rasionalisme pada masa Aufklarung (pencerahan), istilah yang digunakan umuk penyifatan terhadap pandangan-pandangan dunia filsuf-filsuf pada mass itu. Pandan.,,an mereka adalah Opposite meaning dengan iman, otoritas tradisional, puritanisme. Para cendikiawan musyak fikir ini beranggapan bahwa akal adalah piranti reliable dalam perkara yang bertalian dengan kehidupan manusia seperti, iln,u, agama, politik dan lain-lain.

              E. SPINOZA (1632-1677)
Spinoza menggunakan deduksi matematis ala Descartes yakni ia mulai dengan meletakkan definisi-definisi kemudian barulah membuat pembuktian berdasar definisi tersebut, sebagai pengikut rasionalisme. Spinoza mengakui hanya ada sate subtansi yaitu Tuhan (sosok yang immaterial).
Dalam arti yang mendalam ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu mistik filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antara manusia dengan tuhan. Sistem rasionalnya hanya untuk mewujudka suatu usaha guns merumuskan apa yang telah dialami sendiri dalam pengalaman mistis dengan pengertian-pengertian rasional. Yang dimaksud Spinoza dan subtansi adalah apa yang ada dalam dirinya sendiri atau tidak menieflukan pengertian dari sesuatu yang lain, jadi ringkasnya subtansi adalah suatu yang berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada apapun. Jadi jelaslah subtansi itu hams ada saw, sebah jika ada dua subtansi semacam itu tentu akan ada nisbah antara keduanya atau adanya saling ketergantungan.
Berdasarkan keyakinan ini, segala sesuatu di dunia dengan segala isinya, tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Spinoza satu substansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya, karena tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada, namun kita hanya mengenal dua ciri saja: pemikiran (jiwa) dan keluasan (tubuh).

BAB III
PENUTUP

              Kesimpulan
Paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (rasio). Adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes penetahuan yang disebut rasionaiisme. Rasionalisme terbagi menjadi dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam filsafat, dalam bidang agama rasinalisme lawan autoritas dan dalam bidang filsafat rasionalisme lawan emperisisme.
Tokoh pertama rasionalisme adalah Descartes is menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya, dia juga berkeinginan filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen dan dikembalikan kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Ajaran Spinoza dapat dipandang sebagai suatu filsafati yang mengajarkan tentang nisbah antam manusai dengan tuhan, Spinoza beranggapan bahwa situ subtansi mempunyai ciri-ciri yang tak terhingga jumlahnya. Sedangkan Leihniz berpendapal bahwa subtansi itu banyak.
Menurut analisis kami. Kami setuju dengan pemikiran Descartes bahwa dasar. Filsafat adalah rasio atau akal karena dengan akal lah seseorang dapat berfikir dan dapat mengetahui kebenaran. Akan tetapi tidak akal saia yang dapat dipergunakan, melainkan perasaan juga dapat digunakan untuk mengetahui sesuatu yang terjadi.





Teologi Pembebasan



                                   Teologi pembebasan



     Gustavo Gutierrez
Teologi Pembebasan adalah sebuah paham tentang peranan agama dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dengan kata lain Teologi Pembebasan adalah suatu usaha kontekstualisasi ajaran-ajaran dan nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya. Teologi Pembebasan adalah upaya berteologi secara kontekstual Teologi Pembebasan yang diterjemahkan dari Bahasa Inggris Liberation Theology menjadi keharusan bagi kegiatan gereja-gereja dalam komitmen kristianinya pada kehidupan sosial. Teologi pembebasan lahir sebagai respons terhadap situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. Masalah-masalah itu dijabarkan dalam penindasan, rasisme, kemiskinan, penjajahan, bias ideologi dsb Pada kalangan Jesuit, baik di Asia termasuk Indonesia, Brazil ,Amerika Latin, dan Afrika Selatan Teologi ini berkembang pesat sebagai dampak dari hermeneutika Alkitab secara kontekstual untuk menjawab persoalan yang dihadapi umat manusia
Teologi Pembebasan merupakan refleksi bersama suatu komunitas terhadap suatu persoalan sosial. Karena itu masyarakat terlibat dalam perenungan-perenungan keagamaan Mereka mempertanyakan seperti apa tanggung jawab agama dan apa yang harus dilakukan agama dalam konteks pemiskinan struktural

Sejarah
Teologi Pembebasan muncul pada abad 20 seiring banyaknya permasalahan dunia yang sedang tidak merdeka dinilai dari sudut pandang keadilan sebagai manusia yang sama di hadapan Tuhan. Dunia harus merdeka dari tindakan yang menindas sesamanya, bahkan seharusnya yang kaya dan memiliki jabatan harus membela dan memperhatikan kebutuhan rakyat kecil dan miskin. Kemunculan pertamanya di Eropa yang berkonsentrasi pada persoalan globalisasi, berprihatin pada dosa sosial yang terdapat pada sistem pemerintahan sebuah negara Teologi Pembebasan menawarkan sistem sosial yang mengedepankan keadilan sebagai warga negara dan warga dunia dalam pandangan agama (manusia yang adil, tidak tertindas)yang dirusak oleh manusia sendiri. Sementara itu, teologi pembebasan yang lahir di Amerika Latin berfokus pada gerakan perlawanan yang kebanyakan dilakukan oleh para agamawan terhadap kekuasaan yang hegemoni dan otoriter

Salah Satu Pemikiran Teologi Pembebasan
Pemikiran teologi pembebasan bermula dari Hermeneutika Alkitab. Setelah menafsirkan pesan-pesan dalam Alkitab berdasarkan tindakan Yesus yang membela dan menolong orang-orang lemah, sakit, dan tertindas, maka peran agama juga seharusnya demikian.  Dalam agama Kristen sendiri, hal ini menjadi tanggung jawab gereja sebagai lembaga agama yang memiliki pengaruh, baik kepada jemaatnya, masyarakat di mana dia tinggal, maupun kepada pemerintahannya nilai-nilai yang muncul itu biasanya dilihat dari perikemanusiaan dan perikeadilan  Pelanggaran nilai-nilai ini di sejumlah negara telah membangkitkan keprihatinan di kalangan aktivis Teologi Pembebasan Nilai-nilai yang didapat dari tafsir Kitab Sucinya masing-masing. Sebagai contoh, Umat Kristen dengan ajaran Kristologi yang menafsirkan bahwa Kristus (Tuhan) adalah seorang yang hadir dalam situasi carut marut dan membawa pembebasan bagi rakyat kecil dan tertindas,  Dari dasar inilah, maka orang Kristen mengikuti teladan Yesus dan menentang ketidakadilan. Mereka merasa mendapat tugas untuk meneruskan perjuangan Tuhan yang disembahnya.
Tokoh-tokoh Teologi Pembebasan
Di Asia
J.B. Banawiratma
Tissa Balasuriya
Romo Sandyawan
Sadayandy Batumali
Aloysius Pieris

Aloysius Pieris mengkritik Teologi Pembebasan dari Amerika Latin dan Afrika kurang cocok untuk masyarakat Asia Kemiskinan yang dilihat dari kacamata Marxisme belumlah efektif ketika tidak melihat akar permasalahan secara lebih dalam di Asia sendiri. Hal penting lain yang perlu dipertimbangkan dari konteks Asia adalah pendekatan multikulural Asia oleh Pieris disebut sebagai 'dunia ketiga' yang memiliki akar 'religio-kultural' yang tidak terpisahkan. 'Reoligio-Kultural' ini setidaknya diuraikan oleh Pieris dalam tiga hal; 1. heterogenitas linguistik, 2. integrasi unsur-unsur kosmik dan metakosmik dalam agama-agama di Asia, dan 3. kehadiran luar biasa dari ajaran-ajaran keselamatan (soteriologis') bukan Kristen.

 Kiai Abdurahman Wahid
Tokoh Indonesia; Abdurahman Wahid dan Romo Mangun Wijaya di tahun 1980-an yang pernah memperjuangkan hak rakyat kecil dari arogansi pemerintahan Peran Abdurahman Wahid adalah dalam bidang pluralisme, yang menghargai kebebasan manusia dalam beragama, yaitu dengan menjamin kebebasan itu melalui pengajaran kepada masyarakat melalui seminar-seminar, kemudian juga melalui perubahan undang-undang negara di Indonesia. 

Romo Mangun Wijaya
Sedangkan Romo Mangung Wijaya terkenal dengan tindakannya membela kelompok masyarakat di daerah tertentu (Kali Code dan Lokasi pembangunan Waduk Kedung Ombo)yang terkenah gusur oleh pemerintah. 
Di Amerika Latin
Gustavo Gutiérrez di Peru
Gustavo Gutiérrez Merino, O.P adalah seorang teolog Peru dan imam Dominikan yang dianggap sebagai pendiri Teologi Pembebasan. Ia menjabat sebagai Profesor John Cardinal O'Hara dalam bidang Teologi di Universitas Notre Dame  Ia pernah menjadi profesor di Universitas Katolik Kepausan di Peru dan profesor tamu di banyak universitas terkemuka di Amerika Utara dan Eropa. Ia adalah anggota Akademi Bahasa Peru, dan pada 1993 ia dianugerahi Legiun Kehormatan oleh pemerintah Perancis untuk karyanya yang tak mengenal lelah. Gustavo Gutiérrez menawarkan teologi kepada umat Kristen suatu tema baru secara etis melalui praksis. Artinya adalah bahwa etika masyarakat seharusnya dibangun berdasarkan perenungan bersama yang dilakukan secara nyata dalam kehidupannya Teologinya berpusat pada pengentasan rakyat miskin yang diperlakukan tidak adil oleh sistem masyarakat kelas yang memisahkan manusia dalam kategori borjuis (para bangsawan yang biasanya kaya) dan proletar (rakyat jelata yang hanya punya anak namun tanpa harta). Ini sebagai respons terhadap kritik Karl Marx terhadap 'masyarakat kelas' akibat dominasi kapitalisme

Teologi Pembebasan yang dimaksud oleh Gutiérrez adalah pengentasan di bidang politik dan sosial. Sekalipun bermula dari pemahaman politik, namun ini bukanlah penyusutan paham iman, melainkan refleksi iman yang malampaui refleksi sosial dan politik Jadi teologinya berpusat pada yudaisme Yesus Kristus secara historis. Gutiérrez menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah "Si orang miskin" yang disamakan dengan orang-orang yang tertindas saat ini di dunia.  Hal ini didasarkan pula dari Alkitab Injil Matius 5:10. Pembebasan yang dilakukan Yesus di atas kayu salib memerankan dua aspek, yaitu membebaskan manusia dari penindasan duniawi (kehidupan fisik sosial politik) dan penindasan iman (dosa, kematian, kefanaan dsb). 
Gutiérrez juga berteologi dengan memakai sumber Alkitab, yaitu kisah Ayub yang bergumul dengan kisah sengsara yang dipandang oleh kaum Teodise sebagai kejahatan. Gutierrez dan Ayub memandang bahwa kejahatan dan penderitaan bukan berasal dari Allah, malainkan sebuah nilai moral yang melampuai hukum manusia. Melalui kisah Ayub yang berdebat dengan para sahabatnya yang mengatakan bahwa penderitaan Ayub adalah akibat dosa, maka pandangan ini secara otomatis tidak bersifat mutlak lagi, sebab penderitaan dan kejahatan adalah peleburan cinta kasih Allah melalui kasih yang tak bersyarat. 


Saturday, 30 March 2013

Kisah


"Si Kecil Berkelahi dengan Waktu Demi Satu Impian"

     


Hiruk pikuk sang pemberani di kota rantauan tepatnya Makasar, tahun 2007 merupakan tahun bersejarah dalam hidupku dimana pada saat itu Aku memutuskan pergi jauh dari orang tua yang kucintai untuk melanjutkan pendidikan SMA di Makassar, hari berganti hari tahun pun berlalu dan Aku memilih kota Makassar untuk melanjutkan pendidikan dengan alasan yang fundamental yaitu bisa mengikuti kegiatan akademis dan juga bekerja untuk membantu sedikit kebutuhan akan finansial, inilah alasan rasional saya sehingga saya memilih kota Makassar sebagai pilihan terbaikku.
       
      Seiring perkembang zaman Aku selalu berpikir dan membaca arah perjalan yang akan kutempuh nantinya, ternyata banyak kerikil tajam yang saya telah lewati, dengan cita-cita mulia sebagai kompas andalanku. Cita-cita dan mimpi inilah yang menjadi spirit perjuangan untuk terus maju dan berjuang demi masa depan yang lebih baik, walaupun banyak jalan yang terjal untuk dilalui. Pada prinsipnya saya selalu berpegang teguh pada peribahasa yang mangatakan bahwa "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian' artinya"bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian" dan juga saya selalu bersyukur atas berkat dan bimbingan Tuhan Yesus.
        
      Masa-masa sulit yang saya lalui merupakan sebuah pengalaman yang berharga, yang harus diapresiasi, esensi dari semua pengalaman ini adalah "pelajaran" oleh karena itu orang bijak mengatakan bahwa "Experience Is The Best Teacher" artinya pengalaman adalah guru terbaik.Semua perjuangan serta usaha pada dasarnya harus kita hargai, Coretan ini adalah bentuk kecintaan saya selama ini terhadap perjuangan untuk memwujudkan cita-cita dan angan-anganku.
       
      Setelah selesai pendidikan menengah atas saya pun berpikir untuk melanjutkanya, lagi-lagi bisa dikatakan hanya memiliki niat yang tulus dan jiwa keberanian yang tinggi dalam mengambil keputusan ini. Saya menyadari bahwa biaya pendidikan kini membutuhkan kekuatan finansial yang memadahai, tetapi keyakinan serta ambisi yang besar membuat saya semangat menjalani prosesnya, prinsip AKU adalah senjata pemusnah massal yang selalu dipakai untuk memusnahkan rasa malas, kecewa, kebimbangan serta kegelisahan dalam hidupku. AKU= Ambisi Kemampuan Usaha adalah pembakar semangat untuk maju tak gentar melawan rasa psimistis.
       
      Sebenarnya semua yang saya lakukan sekarang adalah murni dari hati nurani tak ada unsur pemaksaan dari siapapun, dan saya menyadari keberadaan saya sebagai mahasiswa dan bisa menempatkan diri ditengah masyarakat pada umumnya adalah tak terlepas dari berkat kaderisasi PMKRI cabang Makassar, serta proses aktualisasi diri yang pernah saya lalui bersama teman-teman seangkatan 2011.
                                       
                                        "Boleh Nakal Tetapi Jangan Skandal !!!"
                                                 
                                                             OLEH: RONALD ARDYAN