OPINI : “Bumi
Pertiwi Krisis Multidimensi ”
OLEH : Ronaldus
Tarsan
Aktivis PMKRI Makassar
Zaman selalu mengalami perubahan. Ibaratnya, bumi yang selalu
berputar. Seiring waktu perubahan, zaman bergerak dinamis. Persoalan
hampir selalu ada dalam setiap zaman. Dahulu kala, pernah di kenal dengan zaman
buta aksara. Zaman dimana masyarakatnya mengalami kebodohan dan kegelapan.
Hingga saat ini, zaman dikenal sebagai zaman modern. Zaman dengan banyak
kemajuan. Kemajuannya tidak hanya dalam teknologi informasi, tetapi juga
menyangkut segala hal begitupun dengan persoalan yang bermunculan silih
berganti dan manusia dituntut untuk bisa menemukan sesuatu yang sifatnya
soluktif untuk kemudian mengatasinya.
Krisis
yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai persoalan yang tak terselesaikan
dihadapi oleh bangsa ini misalnya saja, kelaparan, ketidakadilan, pelanggaran
HAM berat di Papua, Aceh, penyerangan kelompok lain yang berlatar belakang
SARA, dan yang terbaru adalah kasus penembakan di Lp cebongan yang memakan
korban jiwa, fenomena ini akan terpolarisasi pada pola hidup rakyat yang
memiliki kecendrungan melakukan tindakan destruktif dalam kehidupan
bermasyarakat, ketika kita menganalisis lebih jauh segala macam perilaku –
perilaku yang tak mencerminkan identitas bangsa diperankan oleh sebagian mereka
yang menurut saya penganut Liberalis.
Kebebasan
ideology tersebut adalah representasi daripada ketidakpuasan manusia dalam
menentukan tujuan ideal yang harus dicapainya, meskipun kebebasan yang dianut
tidak dilegitimasi secara hukum namun tetap saja kelompok serta ideology ilegal
tersebut mampu bertahan dan berkembang, sehingga berpotensi menimbulkan efek
negative bagi berlansungnya roda kehidupan masyarakat. Semua aspek baik
ekonomi, politik, maupun budaya mengalami pergeseran nilai yang secara fundamen,
pergeseran nilai dalam hal ini merupakan sebuah kegagalan besar dalam
melestarikan dan memelihara pedoman hidup bernegara, ideology bangsa yang
seyogianya menjadi landasan dasar, namun
yang pada kenyataannya telah dipolitisasi oleh mereka yang berkuasa.
Kebijakan-kebijakan
public secara sengaja didesain untuk kepentingan segelintir orang dan
menciptakan regulasi penuh dengan syarat manipulasi, sebagian besar
undang-undang yang diciptakan itu controversial dengan UUD 1945 sebagai
landasan pertama dan utama. Secara prinsipil regulasi diciptakan harus
berlandaskan UUD 1945, kita ketahui bersama regulasi yang sangat controversial
disini adalah Undang undang penanam modal asing (UUPMA) yang jelas-jelas
memberikan kebebasan terhadap investor asing dalam mengembangkan produksinya,
lalu ketika direlevansikan dengan butur pasal 33 UUD 1945 tentang perekonomian yaitu :
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Krisis multidimensi telah berdampak sistemik di segala denyut
aktivitas. Krisis yang telah menyerang tidak hanya generasi muda, tetapi juga
generasi tua. Seiring perubahan waktu, krisis multidimensi tersebut menjadi
persoalan yang serius sehingga
memerlukan langkah preventif (pencegahan) dan solusi pemecahan dengan cepat dan
tepat. Manakala krisis multidimensi tidak segera diatasi, maka dunia akan
lambat laun akan mengalami kehancuran. Apabila dunia telah mengalami
kehancuran, maka hari akhirpun dipercaya akan segera terjadi.
Semakin banyak orang cerdas, maka semakin banyak pula kebodohan.
Pasalnya, orang pandai tersebut tidak menggunakan kecerdasannya untuk memberi manfaat kepada orang lain,
tetapi orang yang berpikir cerdas tersebut malah membodohi masyarakat
lainnya. Tak hanya itu, mereka menggunakan kecerdasannya tidak mencerminkan manusia sebagai makluk yang
berakal juga mengabaikan aspek etika dan moralitas. Sebagai contoh,
fenomena kehidupan saat ini identik dengan kehidupan bebas. Artinya, kehidupan
yang bebas dalam berekspresi, berpikir, berkreasi, dan berbuat, namun,
kebebasan tersebut telah keluar jauh dari norma agama dan nilai kehidupan.
Hal ini menggambarkan bahwa seiring waktu berjalan, maka waktu tersebut
membawa kembali pada zaman kebodohan.
Berdasarkan
uraian diatas maka terbukti kejanggalan- kejanggalan yang diperankan oleh
mereka yang menghianati bumi pertiwi, oleh karena itu tunas muda yakni kaum
intelektual diharapkan untuk lebih focus, konsentrasi serta prioritas dalam
mencermati perkembangan dinamika kebangsaan yang semakin mengalami degradasi
diberbagai aspek, khususnya aspek ekonomi yang sangat berdampak sistemik dalam
pemenuhan kebutuhan dasar rakyat.
Meskipun demikian, krisis multidimensi dapat dicegah dan diatasi
oleh setiap individu. Tentunya, berbagai cara dapt dilakukan. Namun, salah satu
cara tersebut adalah membangun fondasi kuat dalam kehidupan. Ibaratnya sebuah
rumah umumnya memiliki fondasi. Semakin kuat fondasinya, maka rumah tersebut
akan terlihat semakin megah dan mewah karena rumah tersebut memiliki
pilar yang kokoh sehingga bisa berdiri tegak dan kuat. Oleh karena itu,
fondasi kehidupan sangat diperlukan dalam mencegah, menghadapi dan menyelesaikan
krisis multidimensi. fondasi kehidupan tersebut terdapat empat macam, yaitu keimanan,
keadilan, ketakwaan, dan mengikuti keteladanan Yesus kristus yang mengajarkan
tentang kesedehanaan.
Pro Ecclesia Et Patria !!!
No comments:
Post a Comment