BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pendidikan
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan salah satunya yaitu “Filsafat Progresivisme”.
Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat tertentu, dan salah satunya yaitu “Filsafat Progresivisme”.
Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan makalah ini, penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1.Sejarah lahirnya aliran filsafat progresivisme
2.Pengertian aliran progresivisme
3.Aliran progresivisme tentang pendidikan
4.Pandangan filosofis Filsafat
Progresivisme,
5. Pandangan ontologi progresivisme
5. Pandangan ontologi progresivisme
6.Pandangan epistimologi progresivisme
7.Pandangan axilogi progresivisme
8.Azas belajar progresivisme
9.potret guru progresivisme
C. TUJUAN
Ada
dua jenis tujuan penyusunan makalah ini, yaitu tujuan umum yang merupakan
tujuan pembahasan dari rumusan masalah, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan
penyusunan makalah yang bersifat kelompok bagi penyusun.
a.
Tujuan Umum
·
Untuk mengetahui konsep tentang
Filsafat Progresivisme, yang meliputi tentang :
1.Realitas
2.Kebenaran
3. Nilai – nilai
4. Progresivisme dan Pendidikan
1.Realitas
2.Kebenaran
3. Nilai – nilai
4. Progresivisme dan Pendidikan
5.Ontologi
6.Epistimologi
7.Axilogi
8.Menjelaskan potret Guru Progresif
8.Menjelaskan potret Guru Progresif
b.
Tujuan Khusus
·
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat pada
semester enem (6)
·
Untuk sarana latihan penyusunan
dalam membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.Sejarah Lahirnya Aliran Progresivisme
Meskipun Progresivisme dianggap
sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad
ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai
pada zaman Yunani purba. Misalnya Hiraclitus (544 – 484 SM), Socrates (469 –
399 SM), Protagoras (480 – 410 SM), dan Aristoteles. Mereka pernah mengemukakan
pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur yang ikut menyebabkan sikap
jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebaikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat.
Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebaikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan tempat.
Sedangkan Aristoteles menyarankan
moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel
dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
Progresivisme. Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki
dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya
tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada
didalam manusia karena kodrat yang baik dari para manusia.
Kant memuliakan manusia, menjunjung
tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang
tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya
berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak
ada hentinya.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya”.
Dalam abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil) baginya”.
Fungsi berfikir adalah membiasakan
manusia untuk berbuat . perasaan dan gerak jasmaniah adalah manifestasi dari
aktifitas manusia dan keduanya itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
Adapun tokoh-tokoh aliran
progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John Dewey, Hans
Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.Aliran progesivisme telah
memberikan sumbangsih yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik
diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan
bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan
yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak
menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa
pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai proses pertumbuhan
anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan
sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu
dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Aliran progresivisme mengakui dan
berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar
manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi
manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari
dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan
dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu
memengaruhi pembinaan kepribadiaan .
Dengan demikian, sekolah yang ideal
adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.
Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus
dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah
sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha
ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan
kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah
itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sistem pendidikan dengan
bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.
Dengan kata lain akal dan kecerdasan
anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah
tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge),
melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value),
sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual baik secara fisik maupun
psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Sebagai hasil dari pemikiran
para filsuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang
berbeda-beda. Pandangan-pandangan filsuf itu ada kalanya saling menguatkan dan
ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan
yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun untuk objek dan masalah yang sama.
Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka kesimpulan yang didapat juga akan
berbeda. Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran
filsafat pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah terkait pengertian aliran Progresivisme, sejarah perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
Malakah ringkas ini akan membahas salah satu dari aliran dalam filsafat pendidikan, yaitu aliran progresivisme. Pembahasan dalam makalah ini adalah terkait pengertian aliran Progresivisme, sejarah perkembangan aliran progresivisme, dan pemikiran-pemikiran aliran progresivisme dalam pendidikan.
B.Pengertian Progresivisme
Menurut Redja Mudyaharjo,
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi
terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subject-centered).
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”.
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan didalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.
Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”.
C.Aliran Progresivisme Tentang Pendidikan
Dasar filosofis dari aliran
progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan Humanisme Baru. Realisme
spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan progresif bersumber dari
prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari Froebel dan Montessori serta
ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan Humanisme Baru menekankan pada
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai individu. Dengan
demikian orientasinya individualistik.
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih
anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan
bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar
dapat bekerja siswa diharapkan memiliki keterampilan, alat dan pengalaman
sosial, dan memiliki pengalaman problem solving.(pemecahan masalah)
2. Kurikulum Pendidikan
Kalangan progresif menempatkan
subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik
tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum
progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga
yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya.
Akhirnya, ini akan membantu anak
(subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan
membangun ‘gudang’ kognitif informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial .
3. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya
dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah;
·
Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan
progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan
berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya;
·
Metode Memonitor Kegiatan Belajar,
Mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan
bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung
kegiatan belajar tersebut;
·
Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan
progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada
penyusunan konsep;
·
Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga,
Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan
keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak
untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan
anak;
·
Sekolah Sebagai Laboratorium
Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk belajar, tetapi
berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
4. Pelajar
Kaum progresif menganggap
subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah adalah dunia kecil (miniatur)
masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan
masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan
demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak
(child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah anak yang
sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri,
mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri
yang berbeda dengan orang dewasa.
5. Pengajar
5. Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya
mempunyai peranan sebagai;
·
Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk
memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa;
·
Motivator, orang yang mampu
membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri;
·
Konselor, orang yang membantu siswa
menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap
siswa.
Dengan demikian guru perlu mempunyai
pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa,dan teknik-teknik memimpin perkembangan
siswa,serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya .
D. Pandangan Filosofis Progresivisme
1.Realitas
Aliran Progresivisme, merupakan
aliran yang telah berusaha untuk mengembangkan asas progresivisme dalam semua
realita, terutama dalam kehidupan, yaitu tetap survive terhadap semua tantangan
hidup manusia yang harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi
keagunganya.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang bersifat umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrim, serta pluralistis.
2.Kebenaran
Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia dasarnya adalah baik, memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun kehidupan dalam masyarakat. Paradigma hukum progresif melihat faktor utama dalam hukum adalah manusua itu sendiri.
Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang intelek, bebas dan memiliki control terhadap pengalamannya. Sedangkan yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan demokratis, dan tidak ada stratifikasi social, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi setiap orang untuk mengambil bagian dalam setiap kegiatan sosial .
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang bersifat umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal. Tidak pernah sampai pada yang paling ekstrim, serta pluralistis.
2.Kebenaran
Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia dasarnya adalah baik, memiliki kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun kehidupan dalam masyarakat. Paradigma hukum progresif melihat faktor utama dalam hukum adalah manusua itu sendiri.
Kehidupan terbaik bagi individu adalah kehidupan yang intelek, bebas dan memiliki control terhadap pengalamannya. Sedangkan yang terbaik bagi masyarakat adalah kehidupan demokratis, dan tidak ada stratifikasi social, kesamaan kesempatan merupakan jaminan bagi setiap orang untuk mengambil bagian dalam setiap kegiatan sosial .
3.Nilai – nilai
Progresivisme dinamakan instrumentalisme,
karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat
untuk hidup untuk kesejahteraan , untuk mengembangkan kepribadian manusia.
dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekan
suatu teori. progresivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini
menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara nilai dengan individu yang telah disimpan dalam kebudayaan.
4. Progresivisme dan Pendidikan
4. Progresivisme dan Pendidikan
Progresivisme menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta
didik aktif. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman di antara teman sebaya”. Progresivisme berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan buku teks dan tes tertulis . Dalam merumuskan tujuan progresivisme dalam pendidikan terdapat tiga kriteria, yaitu:
Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman di antara teman sebaya”. Progresivisme berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pengajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan buku teks dan tes tertulis . Dalam merumuskan tujuan progresivisme dalam pendidikan terdapat tiga kriteria, yaitu:
1). Tujuan pendidikan harus
bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
2). Tujuan pendidikan harus fleksibel.
3). Tujuan pendidikan harus mencerminkan aktivitas bebas.
Perlu dicatat pula bahwa dalam paham
ini tujuan bersifat temporal, yang berarti jika suatu tujuan sudah tercapai
maka hasilnya dijadikan alat untuk mencapai tujuan berikutnya.Menurut aliran
ini, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yag baik bagi individu
dan masyarakat
Progresivisme menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi, Bercorak student-centered. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan yang bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
Progresivisme menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi, Bercorak student-centered. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan yang bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
E. Pandangan
Ontology Progresivisme
Ontology progresivisme mengandung pengertian dan kualitas
evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan
hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
- Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi
perubahan yang terjadi terus menerus,
- Pengalaman itu temporal adalah terjadi perubahan dan
perbedaan pengalaman dari waktu kewaktu,
- Pengalaman itu spatial (tata ruang) adalah terjadi disuatu
tempat dalam lingkungan manusia,
- Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi
seluas adanya interaksi sedalam individu terlibat.
F. Pandangan
epistimologi progresivisme
Ada tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat
yaitu : objek filsafat (yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan
filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan ) filsafat.
Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang
sebenarnya, yang terdalam. Susunan hasil pemikiran disebut Sistematika Filsafat
atau Struktur Filsafat yang terdiri atas ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang
diteliti (dipikirkan). Jika memikirkan pendidikan, jadilah filsafat pendidikan,
dan seterusnya. Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian
science sebab filsafat meneliti objek yang Ada dan mungkin ada.
Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan
akal. Dari sini timbul masalah apa itu “ akal “ . Akal
ini diperdebatkan oleh ahli akal (Locke,Voltaire, Will Durant, David Hume,dan
sebagainya dan orang –orang yang secara intesif mengunakan akalnya.Untuk itu
mereka menerima bahwa “bahwa akal itu ada”, dan ia bekerja berdasarkan suatu
cara yang tidak begitu kita kenal. Aturan kerjanya disebut “ logika “. Sejauh
akal itu bekerja menurut aturan logika, agaknya kita dapat menerima
kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir mendalam, menghasilkan filsafat.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang logis.
Ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis
benar, bila tidak logis, salah. Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen
yang menghasilkan kesimpulan (teori). Argumen menjadi kesatuan dengan
konklusi, dan konklusi ini disebut teori filsafat. Bobot teori filsa fat
terletak pada kekuatan argumen, maka diterima pendapat yang mengatakan bahwa
filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
G. Pandangan
aksiologi progresivisme
Approach empiris adalah masalah dan pengalaman yang real
dalam kehidupan manusia, approach artristik adalah suatu nilai yang memperkaya
eksperimen manusia. Nilai artristik memberi isi dan kedalaman bagi pengalaman
seseorang, yang termasuk nilai artristik adalah nilai estetika ilmu pengetahuan
dan seni.
H. Azas belajar menurut
progresivisme
Anak dan lingkungan,
anak adalah organism yang mempunyai suatu proses pengalaman, sebab ia merupakan
bagian dan lingkungan yang selalu mengalami proses perubahan dan perkembangan.
I. Potret guru
progresif
Fungsi pokok sebagai seorang guru Progresif adalah
mempersiapkan para siswanya untuk masa depan yang tidak dikenal. Seorang guru
progresif, merasa bahwa belajar memecahkan permasalahan pada usia dini adalah
sebuah persiapan yang terbaik untuk masa depan. Peran guru dalam suatu kelas
yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing
atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki jawab untuk
memfasilitasi pembelajaran siswah. Guru Progresif berusaha untuk memberi siswah
pengalaman-pengalaman yang meniru kehidupan sehari-hari sebanyak mungkin.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan makalah diatas dapat
disimpulkan bahwa; Pertama, Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang
mengutamakan penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak (child
centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada
guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Progresivisme
menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar
peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen .
Kedua,
Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan
jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat
ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui
pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat
disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat
di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine,
Thomas Jefferson, Charles S.
Peirce.Ketiga, Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan
adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis,
mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan,
kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode pendidikan yang biasa mereka
pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan Aktif, Metode Memonitor
Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar, Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan. Mereka
menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak (child-centered). Guru dalam
melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai Motivator, Fasilitator, dan
Konselor.
Menurut progresivisme, nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara nilai dengan
individu yang telah disimpan dalam kebudayaan. Menurut aliran ini, tujuan
pendidikan adalah untuk mencapai kehidupan yang
baik bagi individu dan masyarakat Progresivisme menekankan pada perubahan dan
sesuatu yang baru. Progresivisme berpendapat bahwa tidak ada teori realita yang
umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, tidak
pernah sampai pada yang paling extrim serta pluralistis. Menurutnya nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman -pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan.
Progressivisme dinamakan
environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi
pembinaan kepribadian Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani
perbedaan individual, yang berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
B.
SARAN
Dari kesimpulan tersebut di atas,
maka penyusun dapat memberikan beberapa saran-saran sebagai berikut:
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai dengan hukum moral yang berlaku.
1.Dalam kehidupan kita sehari-hari lingkungan dimana tempat kita hidup sangat mempengaruhi kepribadian kita, maka hendaknya kita dapat menjaganya, agar pribadi yang kita miliki sesuai dengan hukum moral yang berlaku.
2. Setiap pengalaman yang telah kita
peroleh, hendaknya kita dapat memilih pengalaman yang berguna dalam proses
pengembangan individu.
3. Kebutuhan dan minat siswa akan
menentukan apa yang mereka pelajari. Jadi anak harus diizinkan untuk merencenakan
perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar
Daftar Pustaka
Arifin, Muzayin. Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1997
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan; Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 Cet. 4