Kata Pengantar
Manifesto Komunis II ini walaupun berdasarkan
Marxisme - Indraisme, yaitu suatu perpaduan dari pandangan Karl Marx dan Saya
yang menghasilkan Komunisme Baru atau Neo Komunisme, tetapi Konsep Neo Komunisme
yang saya buat juga tetap berpijak pada akar Komunisme Ilmiah Karl Marx, yaitu
Prinsip Tradisi Jacobin, suatu persekutuan setara yang telah berhasil membentuk
komunitas masyarakat dalam suatu Komune, dan lebih dikenal sebagai komune
Paris, suatu tradisi yang kemudian mengilhami Marx untuk membuat Naskah
Manifesto Komunis bersama Engels, sehingga karenanya Tradisi Jacobin tersebut
saya sebut sebagai Komunisme Orthodox, yaitu Komunisme sebelum Marxisme.
Dengan mengetahui keberadaan Tradisi Jacobin
dan pengaruhnya saat itu, maka kita akan memahami apa yang telah dituliskan
Marx pada awal pharagraf pertama dalam Manifesto Komunis yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1848, pemahaman ini menjadi sangat penting, agar kita
dapat terhindar dari berbagai penyesatan Komunisme, bukan hanya penyesatan
komunisme yang mungkin dilakukan oleh kaum Anarkis, Fasis dan Oportunis, tetapi
juga oleh Subyektifitas Karl Marx itu sendiri, karena hal yang harus dipahami
dari latar belakang Marx dan Engels membuat naskah Manifesto Komunis saat itu
adalah untuk mendorong Kaum Komunis Orthodox atau Komunard, untuk jauh lebih
maju dalam berfikir dan bertindak, guna mendapatkan hasil perjuangan yang jauh
lebih besar manfaatnya, tidak hanya bagi diri mereka tetapi juga bagi peradaban
manusia seluruhnya.
Kegagalan Pemerintahan Komunis yang
berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu mazhab Marxisme yang paling unggul
sebelum abad ke 21 dalam mencapai Tahapan Masyarakat Komunis, serta kehancuran
USSR pada tahun 1991, telah mengingatkan saya pada kritik kritik tajam Leon
Trotsky terhadap USSR, dan dari kritik kritik tajam Leon Trotsky tersebut, saya
berkesimpulan bahwa, Birokrasi Totaliter bukanlah sistem yang tepat untuk bisa
menjalankan Sosialisme menuju Komunisme, karena apapun bentuk dan tujuan
Birokrasi, Birokrasi tetaplah suatu tatanan yang dibentuk dan dikontrol dari
atas, sehingga karenanya Birokrasi cendrung hanya berpihak pada kepentingan
kepentingan penguasa untuk menjalankan Kediktaktoran Minoritas, dengan
sepenuhnya mengabaikan Aspirasi dan Kepentingan Kepentingan masyarakat
dibawahnya.
Dari Kesimpulan itulah saya menemukan suatu
jawaban dengan alasan yang tepat dan mendasar, dari suatu pertanyaan kronis
tentang mengapa masih ada orang orang yang memilih Anarkisme sebagai pandangan
hidupnya, walau tampaknya kita harus mengakui, bahwa kita telah salah
mengartikan Anarkisme sebagai faham Anti Pemerintahan, tetapi walaupun begitu
konsep Anarkisme sebagai faham anti Birokrasi juga tidak sepenuhnya layak untuk
dibenarkan, sebab masyarakat tentu terdiri dari berbagai individu, yang bisa
jadi tidak hanya memiliki kepentingan yang berbeda tetapi juga berlawanan
dengan kepentingan individu individu lainnya, sehingga karenanya
pengorganisiran masyarakat yang dilakukan dari atas masih tetap diperlukan.
Dalam sosial ekonomi yang
semakin maju, dimana qualitas kemandirian individu- individu semakin tumbuh dan
berkembang secara massal, mengakibatkan persaingan hidup juga semakin keras dan
semakin meluas, sekeras-kerasnya dan seluas-luasnya sehingga harga semakin naik
setinggi-tingginya, tapi keuntungan semakin turun serendah-rendahnya, hal ini
tidak hanya mengakibatkan pertentangan klasik antara Buruh dengan Majikannya,
tapi juga pertentangan global antara Buruh disuatu sektor dengan Buruh disektor
lainnya.
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal, tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh ke tanah untuk bertunas lagi.
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita memilih untuk melawannya !.
Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial yang kita inginkan.
Dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan dari ketidakpuasan masyarakat umum.
Dua pertentangan tersebut, tidak lain hanya akan menjerumuskan kita semua kedalam jurang kerugian dan tragedi kemanusiaan secara massal, tentu ini hanyalah seleksi alamiah yang bukan tanpa ada akhirnya, karena ketika jumlah pesaing dan tingkat qualitas kemandirian individu secara umum drastis berkurang, hingga persaingan semakin melemah dan juga semakin menyempit, maka sosial ekonomi akan kembali pada titik tolak untuk tumbuh dan berkembang kembali, seperti buah kelapa yang terjatuh ke tanah untuk bertunas lagi.
Tapi bagaimanapun juga, kita harus memilih satu pilihan terbaik diantara dua pilihan terberat, yaitu apakah kita memilih untuk senantiasa menyerahkan diri kita kepada apa yang disebut Charles Darwin sebagai seleksi alamiah yang kita rasakan teramat kejam ini, ataukah kita memilih untuk melawannya !.
Seleksi Alamiah yang dikatakan Charles Darwin dalam konteks sosial ekonomi sebenarnya adalah hasil dari persaingan bebas, sebagai Seleksi Ilmiah Liberalistik, dimana tidak pernah ada kemenangan bersama, seperti halnya juga tidak pernah ada kesejahteraan bersama, karena tiap kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya juga tiap kesejahteraan seseorang berdiri diatas kemiskinan orang banyak.
Demikianlah persaingan bebas tidak akan pernah menghasilkan kesejahteraan umum, sehingga kesejahteraan umum itu, tentu tidak akan pernah terjadi didalam masyarakat alamiah, karena itu tidak terbantah lagi bahwa kesejahteraan umum adalah visi yang luar biasa, yang tentu harus dicapai dengan cara yang luar biasa juga, yaitu melalui rekayasa sosial ( social engineering ) sebagai pembangun bagi revolusi sosial yang kita inginkan.
Dengan kekuatan massa tidak lebih dari 0,01% saja dari total populasi penduduk, para pemimpin aksi anarkis maupun aksi demonstrasi, beserta para pengikutnya tidak akan pernah bisa melakukan revolusi sosial apapun, kecuali menjadi sasaran empuk penguasa dimanapun mereka berada, atau bahkan bisa juga mereka menjadi sasaran pelampiasan dari ketidakpuasan masyarakat umum.
Aktivis aktivis Marxisme-Leninisme saat ini belum bisa
menyadari, bahwa taktik dan strategi Komunisme yang berdasarkan
Marxisme-Leninisme tidak lagi dapat mengalahkan kekuatan Kapitalis, sejak
Kapitalisme berhasil mencapai evolusinya menjadi Liberalisme yang sempurna pada
pertengahan Abad ke 20.
Liberalisme berhasil melucuti basis pokok kekuatan
Komunis sehingga kita bisa melihat bagaimana Borjuis & Proletar telah
menjadi satu sebagai kaum Liberalis, dimana kaum liberalis yang terdiri dari
Borjuis dan Proletar dengan sukarela dan antusias menjadi lawan bagi Kaum
Komunis.
Hal itu menjadi kritik bagi asumsi Marx untuk
menentukan pemetaan kelas social dalam thesisnya Historical Materalisme, yang
menjadi dasar berpijak perjuangan kelas social yaitu, keadaan social seseorang
menentukan kesadaran socialnya, tapi pada kenyataannya hal itu tidak sepenuhnya
terjadi, karena kesadaran social tidak ditentukan oleh keadaan sosialnya,
terbukti Marx dan Engels walau jelas memiliki keadaan social yang berbeda, tapi
keduanya memiliki kesadaran social yang sama, hal ini saya sebut sebagai kelas
social subyektif.
Dari fakta tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Kelas
Sosial Subyektif memiliki eksistensi dan pengaruh yang lebih kuat, dari pada
Kelas Sosial Obyektif yang terbentuk berdasarkan parameter materalistik yang
sudah tentu didasarkan oleh obyektifitas yang tidak perlu diragukan lagi.
Apakah yang menyebabkan Kelas Sosial Subyektif memiliki
eksistensi yang lebih kuat adalah yaitu, karena pada dasarnya setiap kelas
social terbentuk oleh adanya “kesadaran Sosial”, dan “kesadaran” berasal dari
dalam diri individu ( manusia ) sehingga “kesadaran” itu sendiri adalah
idealistik, yang sudah tentu bertentangan dengan materialistik, hal ini juga
menguntungkan Liberalisme karena kesadaran diri manusia terdiri dari hasrat hewani
manusia ( zoon politicon ) yang cendrung pada kebebasan pribadi ( individu )
yang seluas luasnya.
Hasrat kebebasan pribadi yang
seluas luasnya ( naluri ) adalah dasar berpijak bagi penindasan manusia
diantara manusia, mengapa demikian ? tentu kita memahami hal yang seharusnya,
bahwa kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain, hingga terbentuk
kebebasan yang sama bagi setiap orang, namun untuk dapat mencapai kebebasan
yang seluas luasnya, manusia harus melakukan penindasan kepada manusia lainnya,
bagaimana penindasan manusia diantara manusia yang sebenarnya terjadi ? hakekat
penindasan yang sebenarnya terjadi adalah dengan cara mengingkari harga diri
manusia lain, karena tidak mungkin hak azasi seorang manusia dapat diakui bila
harga dirinya diingkari.
Harga diri adalah nilai berharganya diri manusia, nilai
berharganya diri manusia ialah dasar berpijak untuk mendapatkan kebenaran ( Hak
) mutlak ( Azasi ) bagi diri manusia untuk dapat diperdulikan oleh manusia
lainnya, Hak Azasi Manusia hanya relevan dibahas dalam hubungan antar manusia,
yaitu ketika manusia berhadapan dengan manusia lainnya, Hak Azasi Manusia tidak
relevan lagi dibahas dalam hubungan manusia dengan tuhannya atau hewan
disekitarnya.
Adalah benar bahwa semua manusia memang berharga,
karena manusia adalah benda hidup yang memiliki kenangan dan angan Dialektika Reaksi adalah perubahan reaksi
menjadi aksi yang baru,-angan, benda hidup yang pada dasarnya jelas
memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengerti dan melayani, untuk berbagi dan
menyayangi serta untuk berjuang dan berkorban, bahwa emas dan berlian serta
benda berharga lainnya yang juga telah mendapatkan kebenaran untuk diperdulikan
manusia, tidak dapat melakukan hal yang serupa itu.
Demikianlah kita telah menemukan ironi, bahwa ternyata
Liberalisme ialah dasar berpijak bagi penindasan manusia diantara manusia,
disini kita dapat menemukan pelantunan, dimana dari Liberalisme bergerak menuju
Kapitalisme, & selanjutnya dari Kapitalisme bergerak menuju Liberalisme
yang baru, suatu pergerakan yang ditimbulkan oleh adanya hukum alam yang saya
sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Kapitalisme timbul dari
kehidupan masyarakat purba, dimana ketergantungan manusia pada sesama manusia
relative sangatlah rendah, karena manusia pada awalnya adalah mahluk bebas
(liberalis) yang hanya memiliki ketergantungan pada alam sekitarnya, sebab itu
agar manusia dapat memanipulasi dan mengexploitasi manusia lainnya, maka
manusia manusia Borjuis mengadakan perbudakan sesama manusia, serta klaim klaim
hak milik yang berlebihan, melalui Undang undang untuk mempersempit bahkan
menghilangkan kebebasan manusia lainnya, demikianlah kaum proletar telah
dilahirkan dari sejarah peradaban manusia.
Sebenarnya kaum proletar dari masa ke masa telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia, dalam jumlah yang luar biasa, namun demikian, sejarah telah membuktikan, bahwa sebesar apapun massa dan ketidakpuasannya, ternyata tidak akan pernah berarti apa apa, bila ketidakpuasan itu berpijak diatas harga diri yang rendah, demikianlah bila harga diri manusia telah direndahkan, maka pastilah segala hak azasinya akan tetap terabaikan, bersama harapan harapannya.
Sebenarnya kaum proletar dari masa ke masa telah dilahirkan dari sejarah peradaban manusia, dalam jumlah yang luar biasa, namun demikian, sejarah telah membuktikan, bahwa sebesar apapun massa dan ketidakpuasannya, ternyata tidak akan pernah berarti apa apa, bila ketidakpuasan itu berpijak diatas harga diri yang rendah, demikianlah bila harga diri manusia telah direndahkan, maka pastilah segala hak azasinya akan tetap terabaikan, bersama harapan harapannya.
Maka kepada pejuang pejuang rakyat jelata
dimanapun kalian semua berada, saya sampaikan, marilah kita jadikan semangat
solidaritas sebagai dasar berpijak yang mempersatukan kaum proletar dan kita
semua, karena solidaritas adalah roh bagi segala bentuk perjuangan rakyat
jelata disepanjang zaman, jadikanlah diri kita Pejuang Solidaritas Raya, karena
untuk solidaritas yang seluas-luasnya kita harus benar benar berjuang dari
dalam diri kita sendiri hingga keperluasan dimana kita semua berada.
Agar kita dapat saling merendahkan diri,
karena hanya dengan saling merendahkan diri kita dapat saling menerima setiap
diri diantara kita, hingga kita semua dapat berpegangan erat dalam jumlah yang
tak terbayangkan, diantara seluruh buruh miskin dan pengangguran, pedagang liar
dan gelandangan, persatuan kita adalah harapan,
maka terimalah yang memimpin dan
terimalah juga yang dipimpin agar kita menjadi satu kesatuan yang nyata,
seperti rantai baja atau apa saja yang jaya perkasa, maka itu tidak perlu bagi
kita untuk membesar besarkan asumsi marx, bahwa agama adalah candu, karena
bahkan menurut saya agama adalah Heroin, heroin memang bisa membuat manusia
terlena dalam khayalan, tapi heroin ialah juga alat bantu medis yang bisa
menghilangkan rasa sakit dan penderitaan, maka heroin seperti halnya agama
sebenarnya tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakannya.
Dengan menelusuri alur Dialektika Reaksi,
kita akan dapat menganalisa berbagai hal baik dengan penelusuran kedepan maupun
penelusuran kebelakang dan kita dapat menemukan suatu keberadaan tanpa perlu
kita melihatnya, bahkan sesuatu hal yang dianggap tidak ada, bisa jadi bukan
karena benar tidak ada, tapi karena kita tidak tahu, demikianlah Dialektika
Reaksi telah memperkaya ruang lingkup materialisme.
Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Dimana dengan mengikuti alur Dialektika Reaksi, maka Daya Nalar manusia dapat menjadi Indra keenam, sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang melengkapi lima sumber ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia secara alamiah, yaitu Indra Pengelihatan, Indra Perasa, Indra Pendengaran, Indra Pengecapan dan Indra Penciuman, dari paparan diatas maka kita telah dapat menemukan kesimpulan, bahwa ruang lingkup materialisme tidak terlepas dari hukum relativitas, karena ruang lingkup materialisme ternyata sangat bergantung pada seberapa besar kemampuan serta kelengkapan Indra yang dimiliki manusia.
Kaum borjuis adalah kaum penindas, dan kaum
proletar adalah kaum tertindas, berbeda dengan kapitalis yang merupakan pemilik
modal, walaupun tidak selalu mutlak kapitalis adalah borjuis dan sebaliknya,
namun “keadaan social” seorang kapitalis membuat dirinya cendrung memiliki
“kesadaran social” sebagai borjuis, karena dengan modal berupa uang seorang
kapitalis bisa mendapatkan kekuasaan untuk menindas, kekuasaan untuk menindas
bisa digunakan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dan begitu seterusnya,
hingga dengan demikian seorang kapitalis telah menemukan kesadarannya sebagai
seorang borjuis.
Kehidupan ini
cendrung dinamis, dimana seorang proletar suatu saat nanti bisa saja menjadi
seorang borjuis, karena seorang borjuis bisa juga menjadi seorang proletar,
bahkan dalam jumlah yang cendrung jauh lebih banyak lagi dari pada jumlah
proletar yang menjadi borjuis, karena dialam Liberalisme, kota-kota dan
desa-desa telah menjadi Kollosium, yaitu arena pertarungan bebas, dimana tiap
kemenangan seseorang berdiri diatas kekalahan orang banyak, seperti halnya
kesejahteraan seseorang juga berdiri diatas kemiskinan orang banyak, dibawah
mekanisme pasar dimana dendam dan keserakahan telah menarik masyarakat secara
paksa kedalam kerangka piramida daya beli, dimana seleksi ilmiah
liberalistik yang tanpa belas kasihan terjadi.
Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi, sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.
Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli, sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.
Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja, tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang "tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga instan hidup dan berkembang, bukan hanya untuk saling memberikan kesetiaan dan keperdulian, tapi juga untuk pembentukan struktur dan karakter Bangsa yang Modern, suatu konsep Nasionalisme Ilmiah yang nyata sebagai Derivat Neo Komunisme.
Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan, maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum, maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah mereka telah berhasil menguasai dunia.
Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya, bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa", dimana mereka melihat dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia dapat senantiasa melihat harga dirinya memang jelas lebih tinggi dari manusia lainnya.
Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan bersama, maka hadapilah mereka sebagaimana mereka menghadapi kita, agar kita tidak hanya menjadi cermin bagi diri mereka, tetapi juga menghilangkan segala daya upaya mereka untuk menindas kita.
Hal yang benar benar harus diperhatikan adalah bahwa, kerangka piramida daya beli tersebut terdiri dari berbagai tingkatan, dan pada setiap tingkatan kerangka piramida daya beli itu terdapat ruang hidup kelas sosial, dimana penghuninya senantiasa mengalami tekanan akibat pertumbuhan populasinya, adapun pertumbuhan populasi dalam setiap ruang hidup kelas sosial disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor perkembangan kelahiran dan faktor perkembangan imigrasi, sehingga siapapun yang lemah diantara penghuni ruang hidup kelas sosial tersebut, akan terdesak keluar dari ruang hidup kelas sosialnya dan terjatuh kedalam ruang hidup sosial yang lebih rendah tingkatannya.
Masyarakat didalam suatu negara liberalis, dalam berbagai bentuk dan alirannya, senantiasa tersusun dalam kerangka piramida daya beli, sehingga masing masing negara liberalis itu memiliki satu kerangka piramida daya beli sebagai ruang hidup kelas sosial bagi masyarakat didalam negaranya, negara neo liberalis seperti halnya negara imperialis, senantiasa berupaya mengintegrasi kerangka piramida daya beli didalam negaranya dengan kerangka piramida daya beli yang ada didalam negara lain, hingga menjadi satu kesatuan yang utuh melalui praktek praktek globalisasi, sehingga karena itu kita telah dapat menyaksikan, bagaimana kesejahteraan masyarakat disuatu negara, juga berdiri diatas kemiskinan masyarakat dinegara lain, dan karenanya pertentangan kelas sosial didalam negara, akan tidak terhindarkan lagi untuk berkembang menjadi pertentangan kelas sosial antar negara.
Maka dari itu, kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun kalian semua berada saya sampaikan, jangan biarkan batas negara, perbedaan suku bangsa, perbedaan ras dan perbedaan agama, membatasi perkembangan stelsel Pejuang Solidaritas Raya, seorang neo komunis sejati, sebenarnya adalah orang yang hidup didalam komune, adalah benar bahwa setiap komune adalah komunitas, tetapi setiap komunitas bukanlah berarti komune, karena komune adalah komunitas yang solid atau kompak, integrated atau satu kesatuan dan permanen atau tanpa batas waktu, dimana setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, bukanlah upah dan bukanlah hobby yang membuat setiap orang didalam komune saling terikat dan terkait satu dengan lainnya, dan juga bukan solidaritas sempit atau solidaritas exclusive, melainkan adalah "Solidaritas Raya", sebagai Solidaritas yang seluas luasnya, tidak hanya untuk menjamin kebenaran 100%, tetapi juga karena komunitas yang permanen membutuhkan solidaritas yang permanen juga sebagai perekat dan dasar berpijaknya.
Untuk dapat membentuk solidaritas permanen, maka solidaritas itu tentunya haruslah menjadi solidaritas yang seluas luasnya, karena manusia sebagai dasar berpijak solidaritas itu sendiri bersifat dinamis dan relatif, sehingga dengan solidaritas yang seluas luasnya, aksi solidaritas tidaklah bergantung pada satu atau beberapa manusia saja, tetapi bergantung pada sebanyak banyaknya manusia, agar bila ada yang "tenggelam" maka diharapkan adapula yang "timbul", maka dengan demikian aksi solidaritas dapat menjadi aksi solidaritas permanen sebagai dasar berpijak dan perekat bagi terbentuknya komunitas permanen tersebut.
Didalam komune setiap orang tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri, tetapi juga dituntut untuk saling bertanggung jawab satu dengan lainnya, dimana upline sebagai pembina solidaritas harus bertanggung jawab atas semua downline sebagai anggotanya, dan begitu pula sebaliknya, semua anggota solidaritas juga harus bertanggung jawab kepada pembina solidaritasnya, tentu tanggung jawab yang saya maksudkan disini, dalam konteks pembina solidaritas dengan anggotanya dan sebaliknya, tidak lain adalah tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab solidaritas bersama, dengan mengembangkan jaringan kerja sama yang sebisa mungkin tidak hanya memperjuangkan semua kepentingan umum individu didalam komune, tapi juga melibatkan semua pembina solidaritas berserta anggotanya, demikianlah komune sebagai keluarga instan hidup dan berkembang, bukan hanya untuk saling memberikan kesetiaan dan keperdulian, tapi juga untuk pembentukan struktur dan karakter Bangsa yang Modern, suatu konsep Nasionalisme Ilmiah yang nyata sebagai Derivat Neo Komunisme.
Dan karenanya, tidak perlu bagi kita untuk menempatkan revolusi sosial sebagai satu satunya cara untuk menyelesaikan persoalan persoalan mendesak kita, dan karena itupula kita tidak perlu tergesa gesa apalagi membabi buta untuk mengadakan revolusi, karena walaupun revolusi itu adalah perubahan yang secepat cepatnya dan sebesar besarnya, tetapi persiapan revolusi itu sendiri tetaplah sangat panjang dan melelahkan, maka tanpa perlu menunggu revolusi itu terlebih dahulu terjadi, tetaplah berikan yang terbaik bagi orang orang yang kita sayangi, karena apabila ruang hidup komune terus berkembang hingga menjadi masyarakat umum, maka revolusi itu tentu akan terjadi dengan sendirinya tanpa terkecuali.
Komune didalam negara, tidak lain adalah seperti koloni semut merah di hutan rimba raya, dan bagaimanapun lemah dan kecilnya seekor semut merah, ternyata mereka tidak hanya telah mampu untuk bertahan, tetapi juga telah mampu untuk terus menerus berkembang dibawah hukum seleksi alam yang teramat kejam, bahkan bila semut itu sebesar manusia, pastilah mereka telah berhasil menguasai dunia.
Ingatlah, bahwa setiap manusia borjuis dalam berbagai bentuk rupanya, bukan hanya telah menjadikan dirinya tiang serta pondasi bagi Liberalisme, tetapi juga "penderita sakit jiwa", dimana mereka melihat dirinya jauh lebih berharga dari kenyataannya, sehingga karena itu untuk dapat senantiasa menutupi kenyataan dan meyakinkan dirinya, setiap manusia borjuis harus merendahkan harga diri manusia lainnya, agar ia dapat senantiasa melihat harga dirinya memang jelas lebih tinggi dari manusia lainnya.
Maka tidak dapat diingkari lagi, bahwa setiap manusia borjuis adalah lawan yang nyata bagi semua harapan dan setiap usaha kita semua, tidak hanya dalam mencapai kesejahteraan, tetapi juga dalam setiap usaha kita semua untuk mengembangkan dan mempertahankan kesejahteraan itu tetap meluas seluas luasnya diantara masyarakat umum, melalui segala bentuk mekanisasi untuk mencapai kepastian dan peluang yang kita harapkan bersama, maka hadapilah mereka sebagaimana mereka menghadapi kita, agar kita tidak hanya menjadi cermin bagi diri mereka, tetapi juga menghilangkan segala daya upaya mereka untuk menindas kita.
Apa yang salah dari Marxisme-Leninisme ? Marxismenyakah
? atau Leninismenya ? jelas Lenin yang telah membagi-bagikan tanah pertanian
bekas borjuis kepada petani, tapi kemudian menghadapi pemberontakan
petani,hingga lenin melakukan New Economic Policy (NEP), yaitu kebijakan untuk
memberi ruang hidup bagi kapitalistik.
Mengapa hal itu sampai terjadi ? Lenin memaksakan kehendak pada petani dengan membayar hasil panen dengan harga murah, tanpa memikirkan berapa hutang & bunga rentenir yang telah ditanggung petani jauh sebelum panen terjadi, tapi Stalin menyelamatkan Marxisme-Leninisme dari kegagalan, dengan mengambil alih tanah pertanian tsb dan mempekerjakan petani dalam Pertanian Kolektive dengan Gaji serta bonus yang cukup memuaskan bagi masyarakat USSR pada saat itu, sehingga mengantarkan USSR pada Stabilisasi.
.
Dari sejarah kita tersadar bahwa kesalahan fatal
terletak pada Leninisme dimanaUSSR tidak pernah mencapai titik klimaks
dari apa yang diinginkan oleh marx dalam Manifesto Komunis hingga
kehancurannya, Manifesto Komunist adalah uraian thesis karl marx untuk mencapai
keadaan dimana setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan
hasil sesuai dgn kebutuhannya.
Model Ekonomi USSR mirip model Ekonomi Indonesia sebelum akhir tahun 1990-an, dimana banyak sekali BUMN atau Perusahaan Milik Negara dengan dominasinya yang sangat kuat, tetapi tidak memiliki kesatuan kesadaran dan tidak memiliki kesatuan tindakan, suatu model ekonomi yang tidak mampu menyelamatkan kaum Proletar dari kemiskinan dan penderitaan.
Keberhasilan Revolusi Bolshevik
tidak lain merupakan hasil dari tindakan Lenin yang memanfaatkan keresahan
Militer dan Rakyat rusia dalam Perang Dunia Pertama untuk menjatuhkan
Rezim Tsar agar rusia segera mengundurkan diri dari Perang Dunia Pertama yang tidak
memberikan keuntungan bagi rusia, dan memanfaatkan kelemahan
pemerintahan Karensky yang belum cukup waktu untuk melakukan
konsolidasi menyeluruh di rusia, dengan Kudeta tidak berdarah, dimana Milisi
Bolshevik berhasil mengepung Kantor Pusat Pemerintahan Rusia, dimana Karensky
berada dan menyerah saat itu juga tanpa perlawanan.
Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis, tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin, Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis kedua ini.
Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan Neo Komunisme Utopia, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.
Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.
Neo Komunisme mengakhiri semua pertentangan antara Manusia sebagai Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia, tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar biasa.
Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak perjuangan ini.
Suatu hal yang tidak terbayangkan sebelumnya adalah, bahwa pemerintahan negara yang berdasarkan pada Marxisme - Leninisme, suatu Mazhab yang lebih unggul dari Mazhab Marxisme lainnya sebelum abad ke 21, ternyata tidak punya pilihan lain, kecuali berlama lama didalam tahapan masyarakat sosialis, bukan karena mereka terlalu asyik menyiapkan ancang ancang untuk lompatan jauh kedepan menuju tahapan masyarakat komunis, tetapi "kebingungan" didalam mencari panduan teknis untuk mencapai tahapan berikutnya
Hal itu terjadi bukan hanya karena mereka telah menjadi Birokrat Borjuis dalam pemerintahan komunis, tetapi juga dikarenakan Lenin, Stalin, Trotsky dan Mao, bahkan Marx dan Engels tidak pernah menemukan "Jalan Tembus" menuju Kesejahteraan Umum, sebagai visi klimaks dalam Manifesto Komunis yang pertama, seperti yang saya tawarkan dalam Manifesto Komunis kedua ini.
Suatu hal yang harus pertama kali disadari adalah, bahwa didalam Manifesto Komunis II ini sama sekali tidak memberikan tempat bagi thesis Karl Marx tentang "Das Kapital" dalam artian yang permanen, bahwa Manifesto Komunis II ini tidak hanya memuat thesis thesis baru, tetapi juga Anti Thesis Karl Marx dan Lenin, yang menjadi dasar berpijak ilmiah bagi Neo Komunisme sebagai sintesisnya, suatu Komunisme Terbaru yang tidak hanya membedakan dirinya dengan Komunisme yang tumbuh dan berkembang pertama kalinya, tetapi juga mampu membedakan dirinya dengan Neo Komunisme Utopia, yang tidak lain hanyalah Komunisme Gaya Baru.
Dibawah Neo Komunisme kemampuan Negara menjadi sangat Luar Biasa, tidak hanya mampu memelihara anak anak yatim piatu dan orang orang jompo serta pasien pasien yang harus mendapatkan perawatan permanen, tetapi juga melakukan industrialisasi raksasa yang mampu merekayasa persediaan bagi segala kebutuhan konsumsi dan produksi masyarakat umum.
Neo Komunisme mengakhiri semua pertentangan antara Manusia sebagai Angkatan Kerja dengan segala bentuk mesin otomatis sebagai alat produksi maupun alat akomodasi, sehingga kita dan generasi dimasa depan akan menyaksikan bagaimana teknologi tekhnologi mutakhir dipersembahkan bagi setiap orang tanpa perlu lagi menghitung hitung untung atau rugi, dimana Robotisasi akan mencapai eskalasi yang tak terbayangkan untuk berbagai peran yang seluas mungkin, sebagai hamba hamba sahaya tak bernyawa yang dipersembahkan secara massal bukan hanya untuk melayani setiap manusia, tetapi juga mengantarkan seluruh umat manusia pada peradaban yang luar biasa.
Dibawah Neo Komunisme dimana Rekayasa Sosial Menuju Kesejahteraan Umum terjadi dengan mengaktivasi segala bentuk mekanisasi sosial untuk mencapai persentase kepastian yang setinggi tingginya, tidaklah membuat masyarakat seperti rangkaian mesin, didalam Negara Neo Komunis terdapat Direktorat Jendral Entertainment yang membawahi Klub Klub Hobby , yang para anggotanya dapat berasal dari luar Direktorat Jendral Entertainment itu sendiri, dimana semua kebutuhan phisikologis dan biologis manusia diakomodir dengan sebaik baiknya tanpa terkecuali, berdasarkan pengakuan mutlak atas hak azasi manusia yang telah menjadi dasar berpijak perjuangan ini.
Bila setiap kesatuan kerja bekerja bagi semua kesatuan
kerja, dan semua kesatuan kerja bekerja bagi setiap kesatuan kerja, maka
Manifesto Komunis dapat dicapai, tetapi ini hanyalah prinsip kerja yang saya
rancang untuk mencapai Manifesto Komunis, serta masih memerlukan teknis
pelaksanaan dengan melibatkan negara sebagai instrumen pokok untuk memobilisasi
kelas pekerja pada kesatuan kesatuan kerja, dan setelah pemerintah mengumpulkan
semua daftar kebutuhan pekerja beserta kesatuan kerjanya untuk kemudian
mengklasifikasikannya, maka pemerintah atas dasar data tersebut memberikan
target prestasi kepada kesatuan kesatuan kerja, yang harus dijawab oleh
kesatuan kerja dengan jaminan prestasi.
Adapun jaminan prestasi tsb menjadi dasar
diterbitkannya voucher sebagai alat tukar yang berlaku umum, sedang mata uang
hanya beredar antar bank saja, hal itu disebabkan mata uang bukan hanya sulit
dikendalikan dalam rekayasa sosial menuju kesejahteraan umum, tetapi lebih dari
itu mata uang adalah juga dasar pokok kapitalistik sebagai dasar sosial.
Bagaimana hubungan mata uang
dengan voucher sebagai sesama alat tukar resmi ? Voucher adalah alat tukar
resmi yang mulai efektif berlaku setelah mendapat stempel masa berlaku yang
dicetak oleh teller bank baik manual ataupun otomatis melalui mesin khusus yang
juga terpasang dimesin ATM atau mesin Anjungan Tunai Mandiri ( Automatic Cash
).
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired voucher yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tenggang 1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.
Dibawah Pemerintahan Negara Neo Komunis, terdapat divisi divisi unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Seperti halnya mata uang, voucher juga memiliki nilai nominal dan diterbitkan berdasarkan jaminan jaminan prestasi dari kesatuan kesatuan kerja yang diterima Sekretariat Jendral Dewan Konsolidasi Pusat atau DEKON Pusat sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
Masa berlaku voucher yang ideal ialah 2 bulan ( 60 hari ) saja dan dapat disimpan dibank komersial, bank komersial dapat menyerahkan voucher tersebut ke bank sentral untuk ditukar dengan mata uang, sehingga bank komersial dapat terhindar dari masa kadaluarsa atau expired voucher yang dimilikinya, dan untuk itupula bank sentral memberikan masa tenggang 1 bulan ( 30 hari lagi ) dari tanggal expired voucher yang dimiliki bank komersial, untuk mengantisipasi adanya penarikan dana dari bank komersial oleh nasabahnya, maka bank komersial dengan mata uang dapat membeli voucher yang belum mendapatkan masa berlaku ( blank ) dari bank sentral, untuk stok dana dibrankas bank maupun dimesin ATM.
Dibawah Pemerintahan Negara Neo Komunis, terdapat divisi divisi unit usaha yang merupakan gabungan dari beberapa unit kesatuan kerja yang berbeda beda, setiap divisi unit usaha memiliki Dewan Komisariat yang terdiri dari perwakilan perwakilan kesatuan kerja atau Direktorat Jendral Profesi , untuk bisa memastikan bahwa jaminan prestasi setiap Direktorat Jendral Profesi yang telah diserahkan kepada Sekretariat Jendral DEKON benar benar dilaksanakan tanpa terkecuali, dari hal tersebut kita bisa membayangkan, bahwa setiap orang tanpa memandang latar belakang pendidikan dan jabatannya, mendapat jaminan prestasi dari semua kesatuan kerja termasuk kesatuan kerja dimana ia dan keluarganya berada, suatu gambaran ilmiah tentang kesejahteraan umum, sebagai hasil rekayasa solidaritas organic yang menjadi jalan tembus untuk langsung memasuki tahapan masyarakat neo komunis tanpa perlu memasuki tahapan masyarakat sosialis terlebih dahulu.
Tahapan masyarakat Neo Komunis adalah suatu pencapaian
peradaban yang lebih tinggi dari tahapan masyarakat komunis, dimana dalam
tahapan masyarakat Neo Komunis, setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan
mendapatkan hasil lebih dari kebutuhannya.
Kediktaktoran proletar saat ini telah bisa diwujudkan,
dengan banyaknya proletar terdidik melalui stelsel proletar yang berdisiplin
baja dan bermental baja, sehingga tidak memerlukan lagi kediktaktoran partai
komunis, dimana buruh berserta kepentingannya hanya menjadi tunggangan
Politbiro semata, sebagai bentuk kediktaktoran minoritas, dimana Para Penjilat
dan Intelektual Oportunis bahkan Kader Biologis bisa mendapat tempat untuk
meminta minta perhatian atau bahkan juga menuntut untuk "dikatrol",
yaitu mendapat Promosi Instant yang memarjinalisasi para Kader loyalis, berbeda
dengan Kediktaktoran Proletar yang digagas oleh Karl Marx sebagai bentuk kediktaktoran
mayoritas, dimana setiap orang secara kolektif kolegial didalam stelsel
proletar menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan didalam Kediktaktoran
Proletar itu sendiri, maka dengan demikian marxisme sebaiknya dapat tegak
berdiri tanpa leninisme.
Revolusi tidak sama dengan kudeta, kudeta hanya merebut
kekuasaan secara paksa sedangkan revolusi adalah perubahan keadaan dalam skala
yang sebesar besarnya dan secepat cepatnya, jadi revolusi tidak hanya bisa
dilakukan dari atas kebawah tetapi juga bisa dilakukan dari bawah keatas, yang
perlu dilakukan adalah dengan terus menerus membentuk stelsel dan
mengklasifikasikan anggota stelsel berdasarkan pendidikan dan pengalaman
kerjanya untuk ditempatkan pada masing masing direktorat jendral profesi serta
melakukan Aksi Solidaritas Permanen dengan membentuk posko posko solidaritas
diberbagai pemukiman.
Stelsel harus dibentuk berdasarkan keteraturan dan
kedisiplinan, stelsel terdiri dari Upline yang menjadi Pembina solidaritas
serta Downline yang mejadi anggota solidaritas, model stelsel harus memiliki
formasi akar downline yang teratur rapih, pada tiap tingkatan kepengurusan
stelsel, maka upline tertinggi menjadi Pembina umum, dan menjabat sebagai ketua
presidium atas dewan konsolidasi, sedangkan downline yang berada satu tingkat
dibawah upline tertinggi itu menjabat sebagai anggota presidium tersebut, yang
secara kolektive kollegial memimpin lembaga dewan konsolidasi yang terdiri dari
sekretariat jendral dan departemen departemen serta birokrasi yang berada
dibawahnya.
Hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan,
dan seharusnya menjadi pertanyaan penting adalah, mengapa stelsel ditempatkan
sebagai formasi pokok kepemimpinan ?, tidak lain jawabannya adalah, kemampuan
manusia untuk memberikan perhatian yang intensif kepada sesama manusia
sangatlah terbatas, saya meyakini bahwa setiap manusia memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda beda untuk dapat memberikan perhatian yang intensif
kepada sesama manusia, tapi secara empirik saya meyakini bahwa sangat
sedikit sekali manusia yang dapat memberikan perhatian yang intensif
kepada 20 orang sekaligus, umumnya hanya berkisar antara 12 s/d 15
orang saja, hal inilah menjadi dasar pertimbangan untuk mengunakan sistem
stelsel sebagai formasi pokok kepemimpinan.
Setelah kita mengetahui dasar pertimbangan untuk
menggunakan sistem stelsel sebagai formasi pokok kepempimpinan, maka pertanyaan
selanjutnya adalah, berapa jumlah akar downline yang seharusnya ?
akar downline yang seharusnya dan sangat mungkin untuk layak
diterapkan bagi setiap orang yang menjadi upline adalah 6
orang downline saja, karena bukan hanya tidak terlalu banyak, tapi juga tidak
terlalu sedikit, kenapa tidak 12 s/d 15 orang downline saja untuk
pencapaian yang optimal ?, hal yang harus kita fahami adalah bila formasi
akar downline berjumlah 12 s/d 15 orang, maka dikhawatirkan upline sebagai
pembina solidaritas, menjadi tidak optimal dalam melakukan pembinaan dan
evaluasi terhadap anggotanya, hal ini tentunya dapat dimaklumi, karena setiap
pembina solidaritas, bukan hanya memiliki keperluan lain yang harus
dilakukannya, tapi juga memiliki kehidupan pribadi yang harus dijaganya.
Basis Dewan Konsolidasi ( DEKON
) ditingkat terendah adalah UNSTRUM atau Unit Strategis Umum, adapun setiap
Pembina solidaritas yang telah berhasil membentuk dan menyelenggarakan Posko
Solidaritas dengan kepengurusan yang berbasis kepada downline downlinenya, maka
berhak menjabat sebagai Kepala UNSTRUM yang mendapatkan tempat di Dewan
Konsolidasi ( DEKON ) tingkat terendah untuk mewakili Unit Strategis Umum yang
dipimpinnya.
Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Adapun dalam jangka panjang Posko Solidaritas diharapkan dapat berfungsi sebagai Reaktor Pembangkit Tenaga Solidaritas Rakyat Semesta, suatu Reaktor Solidaritas Organik yang menumbuh kembangkan reaksi solidaritas berantai hingga menjadi dasar berpijak bagi adanya aksi Solidaritas Permanen yang mengakomodasikan semua Ide, Dana dan Tenaga atau IDT dengan berlandaskan konsep yang saya sebut sebagai Dialektika Reaksi.
Dialektika Reaksi adalah
perubahan reaksi menjadi aksi yang baru, tentu kita sudah mengenal istilah
Reaksi Berantai, tetapi konsep Dialektika Reaksi yang saya maksud adalah hasil
analisa saya yang berfokus pada bagaimana perubahan Reaksi menjadi aksi yang
baru dapat ditimbulkan, Reaksi benda dapat berubah menjadi Aksi ketika Reaksi
benda tersebut mengena / berdampak pada benda lain, adapun Reaksi dari suatu
benda dapat terjadi dengan memanfaatkan watak / sifat benda serta kemampuan dan
keadaan benda tersebut, benda yang dimaksudkan disini dapat diartikan sebagai
benda mati, benda hidup ( mahluk ) maupun badan hukum ( lembaga ).
Dialektika Reaksi terbagi dalam dua kategori
umum, yaitu dialektika reaksi ilmiah dan dialektika reaksi
alamiah, dialektika reaksi ilmiah adalah perubahan reaksi yang ditimbulkan
secara sengaja oleh kecerdasan manusia, sedangkan dialektika reaksi alamiah
adalah perubahan reaksi yang tidak ditimbulkan oleh kecerdasan manusia baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, maka dengan demikian tidak dapat
diingkari, bahwa Dialektika Reaksi adalah dasar berpijak bagi Dialektika Materialisme
dan segala bentuk Mekanisme.
Melalui metode dialektika reaksi, kita dapat
meningkatkan kemampuan sebuah senapan rakitan sederhana, hingga menjadi sebuah
senapan serbu rakitan, yang saya beri nama, "Senapan Serbu
Primitive", hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, kenapa bisa
disebut sebagai senapan serbu ?, dan mengapa penamaan "Primitive"
menjadi tetap diperlukan, walaupun telah menjadi senapan serbu ?, tentu untuk
dapat disebut sebagai senapan serbu, maka senapan itu haruslah mudah dibawa kemana
saja, dengan mengandalkan fisik penggunanya dan memiliki kemampuan tembak yang
beruntun atau bertubi tubi dalam tempo yang relatif singkat, adapun penamaan
primitive menjadi tetap diperlukan, karena kemampuan senapan serbu tersebut
berpijak pada sistem kerja yang sangat sederhana sebagai senapan serbu.
Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah, membuat
celah masuk peluru pada tempat peluru direaksikan atau dipicu, dari sisi kanan
hingga tembus ke sisi kiri untuk kemudian memasang gerigi kecil dimuka celah
masuk peluru dengan ukuran panjangnya sesuai ukuran lebar celah tersebut,
adapun gerigi kecil tersebut berfungsi sebagai penerima tenaga kinetik
utama, saat magazin rakitan yang terdiri dari pipa pipa logam tempat 40 butir
peluru terpasang, didorong masuk oleh tangan kedalam celah masuk peluru, maka magazin
tersebut akan membentur ujung gerigi sebagai aksi, hingga gerigi tersebut
berputar sebagai reaksi, gerigi pertama sebagai penerima tenaga kinetik utama
terkait dengan gerigi bertorak sebagai gerigi kedua, torak gerigi terkait
dengan sepasang pelatuk, yang hanya dapat mengayun searah bergantian untuk
memicu ledakan peluru, agar peluru terlepas dari selongsong yang tertahan pada
magazin, demikianlah sistem kerja senapan serbu yang sederhana, untuk aksi yang
luar biasa, walaupun tetap primitive seperti penamaannya, maka adalah
benar, bahwa dengan mengikuti alur dialektika reaksi, daya nalar dapat menjadi
indra penalaran atau indra ke 6 sebagai sumber ilmu pengetahuan yang melengkapi
lima ( 5 ) sumber ilmu pengetahuan lainnya ( Pancaindra ).
Apabila kita menyeldiki tentang penemuan Dialektika,
maka tentu penyelidikan itu akan membawa kita ke Efesus, dimana Herakleitos
yang lahir pada tahun 540sm telah menerangi peradaban manusia dengan
perkataanya, "Panta Khorei Kai Ouden Menei", atau "segalanya berubah,
dan tidak ada yang tetap tinggal", demikianlah perkataan Herakleitos telah
diabadikan dari masa ke masa sebagai ajaran Dialektika, apa yang dimaksud
Herakleitos tentu tidak hanya bisa bersifat kongkrit (Materialistik) dalam
bentuk perubahan benda benda disekitar kita, tapi bisa juga bersifat abstrak
(Idealistik) dalam bentuk pergerakan imajinasi yang teratur sebagai mainstream
(Arus Fikir), karena berfikir adalah juga berimajinasi.
Dialektika Reaksi adalah perkembangan yang
mengunakan proses Equivalensi atau kesesuaian ( persenyawaan ), sehingga dialektika Reaksi jelas berbeda
dengan Dialektika yang mengunakan proses kontradiksi, atau bisa disebut sebagai
dialektika kontradiksi, baik dialektika kontradiksi idealisme atau abstrak yang
dirumuskan oleh hegel, maupun dialektika kontradiksi materialisme atau kongkrit
yang dirumuskan oleh marx, dasar argumentasi tentang pentingnya memahami
dialektika reaksi adalah karena dialektika kontradiksi tidak mutlak terjadi
dalam ruang lingkup materialisme, yang mutlak terjadi dalam ruang lingkup
materialisme adalah kontradiksi sebagai ekses dari dialektika reaksi.
Contoh 1 : perkembangan tanaman, dari biji hingga
menjadi pohon besar adalah hasil dari proses equivalensi berbagai variable
variable yang menjadi faktor pertumbuhan tanaman, dengan demikian jelas bahwa
dalam perkembangan tanaman tersebut tidak terdapat suatu proses kontradiksi
sama sekali, walaupun bisa dikatakan bahwa perkembangan tanaman dari biji
hingga menjadi pohon besar telah terdapat pembatalan kebatalan sebagai bentuk
kontradiksi yang merupakan ekses atau effek samping dari dialektika
reaksi.
Contoh 2 : Bila sebuah batang almunium yang volumenya
telah dikurangi 10% untuk sodium hydroxide cair, terbungkus dalam tabung
kuningan, untuk kemudian ditutup rapat, maka hanya dalam waktu 20 menit saja
setelah sodium hydroxide cair menyentuh almunium, kita akan dapat menyaksikan
suatu perubahan bentuk logam almunium menjadi gas hydrogen yang sangat kuat
tekanannya didalam tabung kuningan tersebut, hal ini tentu juga bukanlah proses
kontradiksi, melainkan proses persenyawaan yang dengan dialektika reaksi telah
menghasilkan revolusi materi dari almunium dan sodium hydroxide cair, menjadi
hydrogen, suatu zat yang dapat menjadi kekuatan pendorong maupun kekuatan
peledak dalam berbagai bentuk teknologi.
Adapun pola fikir dan tindakan yang berazaskan pada
dialektika reaksi akan mengedepankan harmoni, sedangkan pola fikir dan tindakan
yang berazaskan pada dialektika kontradiksi akan mengedepankan konflik, walaupun
pola fikir dan tindakan yang berazaskan pada dialektika reaksi juga akan
menimbulkan konflik sebagai ekses dari harmonisasi.
Dengan dialektika reaksi kita akan dapat memahami,
bahwa setiap pelaku kejahatan dalam berbagai bentuk rupanya, tidak memiliki equivalensi
dengan siapapun, bukan hanya tidak memiliki equivalensi dengan pelaku
kebajikan, tapi juga dengan pelaku kejahatan lainnya, maka dari paparan
tersebut kita dapat menemukan kesimpulan nyata, bahwa hanya pelaku kebajikan
dengan pelaku kebajikan sajalah yang memiliki equivalensi atau persenyawaan.
Contoh : perhatikanlah pengujian premis premis
berlawanan dalam pola yang sama dibawah ini
1.Saya senang berbuat baik, karena itu saya juga
senang, apabila orang lain berbuat baik kepada saya. ( Benar )
2.Saya senang berbuat jahat, karena itu saya juga
senang, apabila orang lain berbuat jahat kepada saya. ( Salah )
Dari pengujian premis premis tersebut, kita telah dapat
menemukan kesimpulan bahwa, bukan hanya orang baik yang membutuhkan orang baik,
tapi orang jahat juga ternyata membutuhkan orang baik, demikianlah setiap
pelaku kejahatan yang massive (terus menerus) walau sekecil apapun, akan
mengalami alienasi atau keterasingan.
Suatu hal yang harus sungguh sungguh diperhatikan dan
seharusnya menjadi pertanyaan penting adalah, bagaimanakah kita bisa melawan
seleksi alamiah itu dengan metode dialektika kontradiksi materialisme ? padahal
dialektika kontradiksi materialisme tidak lain adalah juga dialektika
kontradiksi hidup, yang sejak pertama kali terjadinya, telah menjadi dasar
berpijak bagi segala bentuk seleksi alamiah, dimana segala bentuk penindasan
manusia diantara manusia telah terjadi dan dimaklumi.
Direktorat Jendral Profesi adalah kesatuan kerja yang
mengelola Sumber Daya Manusia para anggotanya dan karenanya masing masing
Direktorat Jendral Profesi memiliki Training Center, untuk mengaktivasi
setiap Direktorat Jendral Profesi ini harus dibentuk KOPERASI yang persyaratan
keanggotaannya adalah harus menjadi anggota stelsel terlebih dahulu sebagai
dasar keanggotaan KOPERASI tersebut.
KOPERASI proletar bahkan ultraproletar tidak bisa
disamakan dengan KOPERASI borjuis, baik borjuis besar maupun borjuis kecil
didalam teknis pengumpulan modal KOPERASI, KOPERASI borjuis dapat menagih iuran
Pokok, iuran wajib dan iuran Sukarela kepada anggotanya, sedangkan KOPERASI
proletar tidak dapat melakukan hal serupa itu kepada anggotanya, sehingga
teknis pengumpulan modal KOPERASI adalah dengan mengadakan Rekening Investasi
Bagi Hasil Basis Point serta dari Kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas
Raya yang berbasis pada dana Amal Solidaritas.
Pada setiap tingkat kepengurusan Koperasi Proletar,
terdapat Dewan Komisaris yang terdiri dari jajaran Dewan Konsolidasi yang
setingkat dan sewilayah, adapun Dewan Komisaris Koperasi Proletar bertugas
melakukan fungsi pengawasan serta mengadakan pemilihan kepengurusan Koperasi
Proletar ditingkat wilayahnya, dan masa bakti kepengurusan Koperasi tidak
ditentukan batasnya, dan dapat diganti melalui Pemilihan Umum yang diadakan
Dewan Komisaris ditingkat wilayahnya setelah Dewan Komisaris tersebut menerima
Mosi Tidak Percaya Minimal dari 50% lebih anggota yang berada dibawah tingkat kepengurusan
Koperasi tersebut.
Karena Koperasi Proletar adalah dari dan bagi Pejuang
Solidaritas Raya, maka Integritas Koperasi Proletar dengan Organisasi Stelsel
Pejuang Solidaritas Raya harus terjaga secara utuh ( solid ) tanpa terkecuali,
maka dari itupula pemegang kas Pejuang Solidaritas Raya dan pemegang kas
Koperasi Proletar tidak boleh dipisahkan, serta apa apa saja yang berlaku
didalam Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, haruslah berlaku dalam
Koperasi Proletar secara mutlak, modal awal Koperasi Proletar bersumber dari
kas Organisasi Stelsel Pejuang Solidaritas Raya, atau lebih ringkasnya ialah
Organisasi Pejuang Solidaritas Raya atau PSR, maka sebagian keuntungan bersih (
profit netto ) Koperasi Proletar wajib disetor pada kas PSR guna membiayai
berbagai Aksi Solidaritas Permanen, yang satu diantaranya adalah menerbitkan
Surat Jaminan Perawatan bagi semua orang yang membutuhkan perawatan dirumah
sakit, sehingga karenanya pemegang kas PSR dan pemegang kas Koperasi Proletar
adalah benar tidak boleh dipisahkan supaya birokrasi tanggap darurat lebih
efektif dan efisien.
Dalam tahap awal pertumbuhannya kebutuhan untuk
bekerjasama dengan Kapitalis tidak dapat dihindari sebagai Harmonisasi
Perjuangan Proletar bersama Ultraproletar, baik untuk menjadi nasabah Rekening
Investasi Bagi Hasil Basis Point maupun untuk menjadi mitra usaha Kapitalis,
dimana Kapitalis yang menyediakan tempat, alat produksi dan bahan baku
sedangkan KOPERASI menyediakan para anggotanya sebagai Tenaga Kerjanya dengan
management bersama atau Collective Management dalam kerangka kemitraan
koperasi.
Pada tahap perkembangannya akan sangat diharapkan minat
yang besar bagi mayoritas Angkatan Kerja untuk bergabung kedalam KOPERASI
proletar, sehingga setelah mayoritas Angkatan Kerja secara umum telah bergabung
dalam satu Koperasi proletar, maka dengan demikian KOPERASI proletar memiliki
kemampuan yang signifikan untuk dapat mendikte kaum Borjuis, sehingga KOPERASI
proletar telah menjadi Kediktaktoran Proletar, suatu hasil Revolusi social dari
bawah keatas (buttom up).
Pada tahap puncaknya (klimaks) kaum Borjuis harus
memilih satu diantara dua pilihan yang terberat, yaitu tetap hidup damai
dibawah Kediktaktoran Proletar yang semakin hari semakin merongrong otoritas
dan kewibawaan kaum Borjuis, atau mengkonsolidasikan kaum borjuis baik yang ada
dalam parlemen maupun diluar parlemen untuk mendesak pemerintah agar memukul
KOPERASI proletar.
Dampak nyata dari Aksi pemerintah yang represif pada
KOPERASI Proletar, disaat mayoritas Angkatan Kerja telah berada didalammya,
tentu tidak hanya berpotensi membangkitkan kemarahan serta perlawanan mayoritas
Angkatan Kerja, tapi juga akan membangkitkan kemarahan sekaligus perlawanan
rakyat semesta untuk bergerak menguasai pemerintahan negara, bila stelsel
proletar yang berdisiplin baja dan bermental baja telah berhasil menguasai
pemerintahan negara, maka revolusi dari atas kebawah (top down) dapat dimulai
dibawah Kediktaktoran Proletar.
Strategi Revolusi dua tahap, yaitu Revolusi dari bawah ke atas ( buttom up ) dan Revolusi dari atas ke bawah ( top down ), tentu memerlukan persiapan yang sangat panjang dan melelahkan, tidak seperti Revolusi Instan yang bisa dilakukan militer, bukan hanya sebagai tulang rangka negara, tetapi juga sebagai Kesatuan Kerja bersenjata lengkap yang seharusnya dapat memimpin Kesatuan Kesatuan Kerja Lainnya, setiap kesatuan Kerja dimaksud idealnya harus terdiri dari Struktur Pleno sebagai Dewan Buruh atau Sovyet yang memiliki kewenangan penuh untuk mengangkat dan memberhentikan Direktur Jendral yaitu Kepala Direktorat Jendral Profesi melalui Kongres Sovyet, adapun Sovyet dipimpin oleh Sekretaris Jendral Sovyet dan Komisaris Jendral Sovyet.
Didalam Negara Neo Komunis, Ketua Presidium Dewan Konsolidasi Pusat menjalankan fungsi sebagai Kepala Negara sekaligus Panglima Tertinggi Angkatan Perang, adapun Sekretariat Jendral DEKON menjalankan fungsi tidak hanya sebagai Sekretariat Negara, tetapi juga sebagai Kementrian Dalam Negri dan Kementrian Luar Negri yang bekerja dibawah kendali Kepala Negara, sedangkan Ketua Umum Koperasi Proletar menjalankan fungsi sebagai Kepala Pemerintahan Negara, adapun untuk menjalankan fungsi Legislasi dan Peradilan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi, maka harus dibentuk Majelis Kehakiman yang anggota anggotanya adalah orang yang diajukan oleh masyarakat dan telah dinyatakan lulus uji kelayakan secara ilmiah dan resmi sebagai Hakim, dan dapat diganti melalui mosi tidak percaya yang diajukan oleh masyarakat yang lebih banyak.
Demikianlah teori perjuangan Revolusioner telah saya uraikan dalam Manifesto Komunis II ini, Manifesto Komunis II yang saya susun ini sudah tentu bukan berdasarkan Marxisme – Leninisme, & juga bukan Marxisme murni, namun dengan tegas dan lugas saya sampaikan bahwa teori perjuangan didalam artikel Manifesto Komunis II ini adalah sepenuhnya berdasarkan Marxisme – Indraisme, dimana saya telah berdampingan dengan Karl Marx bukan dalam kenyataannya, tetapi didalam teori perjuangannya, dimana saya mendukung kediktaktoran proletar untuk tegak berdiri, kutukan dan hujatan apapun yang dikatakan oleh kaum komunis tentang segala bentuk Revisionisme, maka Revisionisme Progressive bukanlah suatu kejahatan ilmiah, melainkan suatu keharusan sejarah sebagai hasil kritik dan otokritik yang harus dilakukan oleh kaum Marxis sebagai suatu kewajiban moral untuk berdialektika secara ilmiah, maka siapapun yang menolak Revisionisme Progressive dapat dikategorikan sebagai Reaksioner dalam konteksnya dengan kekinian.
Strategi Revolusi dua tahap, yaitu Revolusi dari bawah ke atas ( buttom up ) dan Revolusi dari atas ke bawah ( top down ), tentu memerlukan persiapan yang sangat panjang dan melelahkan, tidak seperti Revolusi Instan yang bisa dilakukan militer, bukan hanya sebagai tulang rangka negara, tetapi juga sebagai Kesatuan Kerja bersenjata lengkap yang seharusnya dapat memimpin Kesatuan Kesatuan Kerja Lainnya, setiap kesatuan Kerja dimaksud idealnya harus terdiri dari Struktur Pleno sebagai Dewan Buruh atau Sovyet yang memiliki kewenangan penuh untuk mengangkat dan memberhentikan Direktur Jendral yaitu Kepala Direktorat Jendral Profesi melalui Kongres Sovyet, adapun Sovyet dipimpin oleh Sekretaris Jendral Sovyet dan Komisaris Jendral Sovyet.
Didalam Negara Neo Komunis, Ketua Presidium Dewan Konsolidasi Pusat menjalankan fungsi sebagai Kepala Negara sekaligus Panglima Tertinggi Angkatan Perang, adapun Sekretariat Jendral DEKON menjalankan fungsi tidak hanya sebagai Sekretariat Negara, tetapi juga sebagai Kementrian Dalam Negri dan Kementrian Luar Negri yang bekerja dibawah kendali Kepala Negara, sedangkan Ketua Umum Koperasi Proletar menjalankan fungsi sebagai Kepala Pemerintahan Negara, adapun untuk menjalankan fungsi Legislasi dan Peradilan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi, maka harus dibentuk Majelis Kehakiman yang anggota anggotanya adalah orang yang diajukan oleh masyarakat dan telah dinyatakan lulus uji kelayakan secara ilmiah dan resmi sebagai Hakim, dan dapat diganti melalui mosi tidak percaya yang diajukan oleh masyarakat yang lebih banyak.
Demikianlah teori perjuangan Revolusioner telah saya uraikan dalam Manifesto Komunis II ini, Manifesto Komunis II yang saya susun ini sudah tentu bukan berdasarkan Marxisme – Leninisme, & juga bukan Marxisme murni, namun dengan tegas dan lugas saya sampaikan bahwa teori perjuangan didalam artikel Manifesto Komunis II ini adalah sepenuhnya berdasarkan Marxisme – Indraisme, dimana saya telah berdampingan dengan Karl Marx bukan dalam kenyataannya, tetapi didalam teori perjuangannya, dimana saya mendukung kediktaktoran proletar untuk tegak berdiri, kutukan dan hujatan apapun yang dikatakan oleh kaum komunis tentang segala bentuk Revisionisme, maka Revisionisme Progressive bukanlah suatu kejahatan ilmiah, melainkan suatu keharusan sejarah sebagai hasil kritik dan otokritik yang harus dilakukan oleh kaum Marxis sebagai suatu kewajiban moral untuk berdialektika secara ilmiah, maka siapapun yang menolak Revisionisme Progressive dapat dikategorikan sebagai Reaksioner dalam konteksnya dengan kekinian.
Kepada seluruh Pejuang Solidaritas Raya dimanapun
kalian semua berada saya sampaikan, tetaplah berjuang dengan gempita, tetaplah
berjuang dengan gembira, dibawah lambang perjuangan yang luar biasa,
& lambang perjuangan yang luar biasa bagi kita bukanlah Palu-Arit,
tapi sepasang sudut arah panah yang bersilang vertikal, yang tidak hanya mewakili
dua tahapan revolusi, yaitu dari bawah keatas dan dari atas kebawah, tapi juga
mengambarkan tungkai mekanik yang mewakili konsep Dialektika
Reaksi yang menjadi dasar berpijak bagi adanya Mekanisme Rekayasa
Sosial Menuju Kesejahteraan Umum ( Revolusi Neo Komunis ), Neo Komunisme,
bukanlah sekedar merah diantara merah, tapi lebih dari itu, Neo Komunisme
adalah merah diatas merah, yang tidak hanya lebih pekat merahnya, tapi juga
lebih sistematis revolusinya.
Hasrat Revolusi bukanlah keinginan yang ditemukan oleh
fikiran, karena hasrat revolusi adalah keinginan yang telah menyatu dengan
kesadaran diri, maka karenanya ia telah diterima oleh segenap raga sebagai
pemberi arah dan pergerakan, keinginan adalah sebuah pilihan yang ditentukan
oleh pemikiran, pemikiran adalah api yang menerangi kegelapan tentang segala
pengetahuan, tapi api tetaplah api, sedikit menjadi kawan, banyak menjadi
lawan, batasilah setiap pemikiran itu dengan kesimpulan, baik kesimpulan tetap
maupun kesimpulan sementara ( hipotesa ).
Karena untuk tujuan yang luar
biasa ini, janganlah kita sampai terjebak dalam pemikiran pemikiran yang
berkepanjangan, sepanjang-panjangnya sampai kita jadi kenangan, karena ternyata
hewan hewan yang tidak berakal dalam jumlah yang tidak terbayangkan, telah
melewati masa-masa sulitnya bukan dengan banyak berpikir, tapi dengan banyak
bertindak.
Wahai Kaum Marxis Revolusioner Se-Dunia Bersatulah !!
Solidaritas adalah Roh !!!
Wahai Kaum Marxis Revolusioner Se-Dunia Bersatulah !!
Solidaritas adalah Roh !!!
Revolusi !!! Revolusi !!!
Revolusi !!!
1 comment:
http://www.facebook.com/notes/indra-irawan/manifesto-komunis-ii-mk-ii-/4246489753877
Post a Comment